14 Februari 2011

Hari Merah Muda

Coklat, mawar, dan merah muda. Ya, semua hal yg identik dengan 14 Pebruari. Orang bilang ini hari kasih sayang. Valentine's Day. Hari Valentin. Saya menyebutnya hari merah muda.

Ada yg memberi coklat untuk pasangan sebagai tanda sayangnya. Ada yg lebih memilih mawar. Apapun bendanya, paling banyak adalah benda-benda pink. Kalaupun terpaksa membawa mawar merah, bisa diakali supaya agak kusam. Celup-celupkan ke air misalnya. Atau apapun agar selayu mungkin. Merah pudar atau merah muda memang beda tipis.

Di sekitar kita tentu ada orang-orang yg ikut merayakan hari merah muda. Tapi ada juga yg anti bahkan mengecam dan mengharamkan perayaan hari ini. Terutama muslimin-muslimat. Mereka bilang ini kebiasaan orang **** -bukan orang islam. Ada yg menuduh hari merah muda dekat dengan free sex. Bukankah ini naif.

Saya tidak merayakan hari merah muda, tidak juga termasuk yg anti. Mengapa saya tidak anti -padahal muslim? Ah, saya mahasiswa. Orang-orang pada tingkatan seperti kita seharusnya bisa berpikir sepositif mungkin. Memang Valentine's Day pertama kali dirayakan orang non muslim. Tapi apa esensi hari merah muda ini. Kasih sayang kan. Ya, saya tahu anda pasti ingin mengatakan bahwa kasih sayang tidak harus pada 14 Pebruari. Nah dalam V'day kan juga tidak mengajarkan kasih sayang itu cuma 14 Pebruari. Maksud?

Anggap saja hari valentin itu idul fitri. Kita bilang itu hari di mana kita saling memaafkan untuk kembali suci. Tidak bisakah kita memaafkan setiap waktu? Persis kasusnya dengan hari merah muda. Tinggal kita bisa berpikir global atau tidak.

Malah saya ingin berterima kasih pada siapapun yg mempopulerkan hari merah muda ini. Ya, seharusnya kita berterima kasih. Mengapa? Karena dengan adanya hari Valentin, kita diingatkan tentang kasih sayang yg universal itu. Setidaknya setahun sekali kita ingat dan tergerak untuk senantiasa memberi kasih sayang. Teman, keluarga, pada siapapun dan dengan hal-hal sekecil apapun. Bisa saja pagi-pagi membuatkan sarapan untuk Ibu. Apa iya kita membuat sarapan untuk Ibu setiap pagi -terutama yg cowok? Saya yakin tidak. Semacam itulah. Kita bisa melakukan apapun untuk menunjukkan kasih sayang kita yg sering terlupakan.

Jadi bagi saya adalah naif jika kita mengutuk perayaan 14 Pebruari. Lagipula kita kan memang dilahirkan untuk berbeda. Kenapa mesti menuntut keseragaman. Bagi yg merayakan ya biarkan merayakan. Kita kan bisa ambil hikmahnya. 14 Pebruari adalah salah satu reminder kita dari sekian banyak pengingat.

2 komentar:

  1. Tetap HARAM gan!! Soalnya Kami mempermasalahkan "Sejarahnya" bukan "agendannya" memang saya akui Valentine adalah Agenda yang sangat bagus untuk orang yang telah menikah atau untuk keluarga agar saling mengasihi dan menyangi. Tapi Yang Kami Tentang adalah "SEJARAHNYA" Yang jelas sangat tidak bisa diterima oleh kami.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya muslim. Nabi saya tidak mengajarkan untuk menjadi pendendam.

      Sejarahnya, roti itu makanan Belanda yang menjajah Indonesia. Tetapi sebagai bangsa Indonesia saya tidak dendam terhadap Belanda. Jadi hubungan saya dengan roti baik-baik saja.

      Hapus

Warung Kopi Kothok