18 November 2018

Agama

Suatu pagi, saya melihat seorang ustaz di televisi. Tepat saat sang ustaz kedatangan "pasien". Entah apa keluhan kesehatan si pasien, tapi sang ustaz memberikan diagnosa dan berusaha menolongnya (kalau tak mau disebut mengobati) dengan doa.

Batin saya, ini lama-lama fakultas kedokteran tutup karena sepi peminat.

Saya tidak menonton penuh tayangan Pak Ustaz, hanya bagian itu saja. Mungkin ada yang saya lewatkan, tapi kejadian ini begitu jamak di sekitar kita.

Misalnya, ada pemuka agama yang tanpa dasar keilmuan astronomi dan semacamnya, tapi ahli berkomentar tentang tata surya. Dengan yakin mengatakan bentuk bumi, pusat edar, dan sebagainya.

Atau yang sangat populer, dulu, banyak yang membantah teori evolusi dengan dalil-dalil agama. Sains dibuat tak berdaya di hadapan para agamawan yang ini.

Banyak lagi kejadian lain yang serupa. Membuktikan bahwa ilmu keustazan masih jauh lebih unggul daripada yang lainnya. Maka, tak heran jika suatu hari fakultas MIPA tutup. Fakultas hukum, tata kota, pertanian, desain komunikiasi visual, ekonomi, sosial, politik dan seterusnya menunggu giliran saja.

Sampai akhirnya kita sadar, agama adalah jawaban atas segala hal. Tak terlalu sulit. Yang penting cocok. Mencarinya juga mudah. Bahkan kita bisa belajar dari youtube, grup WA, googling, selebaran. Apa saja.


Tapi, semoga Ibnu Rusyd tak menangis dalam kuburnya.