15 September 2019

Minggu

Apa yang ingin dicapai dari Car Free Day Minggu pagi, yang hanya memindahkan kepadatan lalu lintas dari titik satu ke titik lainnya?

Bahkan tidak cuma memindah, malah menambah. Sebab Minggu pagi biasanya orang menghabiskan waktu di rumah, menikmati tidur ekstra, melakukan pekerjaan domestik, paling jauh berbelanja ke pasar.

Car Free Day mengubah itu. Lengkap dengan pasar dadakan, justru Car Free Day menambah jumlah kendaraan bermotor beroperasi pada Minggu pagi demi menuju ke sana.

Saya usul nama Car Free Day diganti saja menjadi "Pasar Minggu Pagi", misalnya. Jadi kita tidak perlu malu-malu lagi mengakui bahwa yang terjadi di sana didominasi transaksi jual beli.

Car Free Day model ini mirip sekali dengan Earth Hour yang ditujukan untuk mengurangi buangan emisi pembangkit listrik, terutama yang bertenaga uap. Baiklah.

Saya penasaran bagaimana Pembangkit Listrik Tenaga Uap berhenti menghasilkan emisi gas buang setelah puluhan kota kompak mematikan alat elektronik selama satu sampai dua jam secara bersamaan.

James Watt harus bangkit dari kubur untuk menyaksikan betapa hebatnya praktisi pemasaran membuat ini tampak heroik.

Lalu kita bilang ini demi bumi. Asal tahu, bumi akan baik-baik saja dengan atau tanpa itu semua. Yang mungkin akan tidak baik-baik saja adalah manusia.

Polusi udara, hujan asam, kebakaran hutan, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain itu kejadian wajar di bumi. Apa bumi rugi? Tidak juga. Setidaknya bumi tak mengafirmasi kerugian itu.

Saya lebih suka jujur saja mengatakan: ini semua demi masa depan umat manusia. Tidak perlu berpura-pura.