11 Februari 2017

Jakarta

Menjalani hubungan jarak jauh bukan perkara mudah. Tapi tak juga berarti mustahil.

Ibarat pasangan calon (paslon) pimpinan daerah yang belakangan ramai jadi pemberitaan, sejoli yang terpisah jarak itu mesti menimbang situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan. Jangan disingkat.

Kalau perlu para pelaku long distance relationship, LDR-anak sekarang bilang, merumuskan visi dan misi yang akuntabel supaya dapat mengatasi keterbatasan kontak dengan sangkil mangkus.

Ini saya entah habis mimpi apa jadi bicara ndakik begini. Mungkin terinspirasi kehandalan Mas Agus (AHY) mengolah kata.

Yang pertama mesti diatasi memang perihal kontak. Tak ada hubungan berhasil tanpa kontak yang baik. Kontak yang baik mula-mula dengan pengaturan intensitas sedemikian rupa. Sepeda motor saja tidak mau jalan tanpa adanya kontak yang pas.

Kuncinya adalah kontak. Di rumah saya lazim disebut begitu. Kalau mau mengendarai motor, yang dicari kontaknya. Kadang Engkong saya bilang kunci kontak. Dikontak dulu baru disetarter.

Percayalah, kata Engkong, semua akan indah pada waktunya.

Ngomong-ngomong, saya menulis ini saat dalam perjalanan ke Jakarta untuk menemui kekasih saya. Setelah semalam diadakan debat paslon Gubernur & Wakil Gubernur DKI Jakarta yang disiarkan di hampir seluruh saluran teve nasional.

Karena, percayalah, Engkong, semua akan Jakarta pada waktunya.

Belitung kurang indah apa, tapi Pak Ahok memilih Jakarta. Blitar kurang sejuk apa, tapi Pak Djarot lari ke Jakarta. Begitu juga dengan Mas Agus, Mpok Silvy, Mas Anies, Kak Sandi, semua bersaing untuk ikut mengurusi Jakarta.

Malah ormases (bentuk jamak dari ormas; baru ditetapkan tadi pagi oleh saya sendiri) dari berbagai wilayah di Indonesia juga rebutan mengurusi Jakarta.

Kenapa tak rebutan Papua?

Padahal kalau cuma mau mengurusi Jakarta tak usah repot sikut-sikutan di gelanggang politik. Jadi netizen saja cukup.

Sebagai gambaran saja, saya menghabiskan banyak waktu di Kalimantan Utara. Sebutlah ujung Indonesia. Seberang mata merupakan Malaysia. Jangan bayangkan berapa jarak terbentang memisahkan. Mumet. Maksud saya, lihat saja di Google Maps, kan lebih gampang.

Maka, wahai para pelaku LDR yang terpisah jarak "selemparan kancut doang", penderitaan sampean sekalian belum seberapa. Saya mesti mengarungi sungai, laut, dan udara untuk sekadar berjumpa dan mengevaluasi visi misi secara berkala.