16 November 2013

Triple-A

Hallo! Triple-A muncul lagi. Sekedar mengobati rindu kalian pada kami. Setelah bertahun-tahun belum juga menelurkan satupun album. Jangankan album, 1 lagu hasil recording juga belum punya.

Triple-A ini apa sih?

Oke. Triple-A adalah sebuah band yang formasinya Aryo Hardanto (Gitar/Vokal), Adimas Hardianto (Bass), dan Asep Nugroho (Drum). Terdiri dari 3 pendekar yang namanya diawali huruf A, makanya kami menamakan diri Triple-A.

Tapi kalian para penggemar Triple-A harus bersabar. Kami sedang vakum. Aneh ya? Belum produktif kok sudah vakum. Ya itulah hebatnya kami. Band yang kalau manggung mesti sewa groupies bayaran. Biasanya kami bayar dengan nasi kotak. La-la-la ye-ye-ye...

Terakhir kali manggung pada Agustus 2009. Lagu yang kami bawakan waktu itu (1) When Your Heart Stops Beating, (2) Lika-liku Laki-laki, & (3) satu lagi lupa. Cuma 3. Maklum, itu bukan panggung khusus buat show kami. Kami cuma menyogok panitia supaya bisa diselipkan ke dalam acara. Kalau tidak salah itu kegiatan Posyandu. Untungnya masih ada tempat. Tepat sebelum acara dimulai. Saat orang-orang baru datang memarkir kendaraan. Jadi wajar kalau di depan panggung belum banyak penonton. Tapi cukup ramai. Sekitar 5 orang memeriahkan penampilan kami. Lima orang groupies yang kami bayar dengan nasi kotak tadi. La-la-la ye-ye-ye...

Kami adalah band yang amat idealis. Berkarya di jalur indie. Independen. Mandiri. Kami tidak berurusan dengan Major Label (karena tidak ada tawaran). Triple-A sangat visioner. Visi kami waktu itu adalah "Mencarikan menantu untuk Ibu". Ya, frontal sekali.

Perjalanan band ini tidak mudah. Berangkat dari obsesi menjadi boyband. Dan gagal. Kurang beruntung. Kami tidak ada bakat lipsync. Wajah kami juga tidak cantik. Persyaratan dasar tidak terpenuhi. Makanya kami bentuk band beraliran melayu bernama Kareku (berasal dari kata Karekku > Karepku > Sekarepku > Terserah Gue!). Tapi karena kerasnya persaingan di industri musik, Kareku sempat bongkar pasang personel. Sampai pada akhirnya tersisa kami bertiga, dan mendeklarasikan Triple-A; sebagai trio punk yang akan menggeser popularitas Blink-182.

Triple-A resmi terbentuk pada 06-07-08. Nomor cantik. Sengaja, agar kalian para penggemar mudah mengingat. Tapi kami lupa tumpengan. Mungkin nanti kami akan mengadakan gathering, potong kambing.

Bertahun-tahun berkecimpung di dunia musik, kami pikir genre punk sudah tidak menjanjikan. Dan yang terpenting, lagu punk bikin pegal-pegal. Kami sudah cukup berumur. Jadi harus memperhatikan kesehatan tulang. Maka kami mulai bergeser sedikit lebih lembut ke aliran keroncong. Genre ini tak kalah keren.

Satu hal yang saya (Asep) sesali. Yaitu, kenapa saya mesti jadi drummer. Penyesalan itu datang setelah saya lihat-lihat dokumentasi kami selama bertahun-tahun. Bayangkan, dengan panggung yang tinggi dan posisi drummer selalu ada di paling belakang (tidak bisa ditawar), belum lagi tertutup drum kit, nyaris cuma jambul saya yang kelihatan. Sungguh menjadi drummer itu tidak memiliki nilai jual.

Yah, itulah sedikit curahan hati kami. Triple-A harus kembali vakum. Para personel terpisah jarak. Sejak pertama kali dibentuk. Sang vokalis sedang sibuk mencarikan menantu buat Ibunya, di Jogja. Mas bassis sudah mempunyai kehidupan baru, di Cilacap. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, wa rohmah. Dan saya, drummer, sedang berkelana di luar Jawa. Memperdalam ilmu ke-perkusi-an dengan menjadi pemain hadroh.

Oh ya, yang ingin minta tanda tangan atau foto bareng jangan sungkan-sungkan ya. Datang saja ke tempat kami. Bisa ke Jogja, atau tanah kelahiran kami Cepu. Atau berikan saja alamat kalian, kami akan datang. Kalau perlu kami bayar. Kami masih punya stock nasi kotak.

Demikian, salam 3 jari!!!

14 November 2013

Teror

Ketemu. Buku yang saya cari berbulan-bulan telah pulang. Tahu-tahu menampakkan diri di meja saja. Bisa ditebak, ini persoalan housekeeping yang buruk. Whatever. Come to Papa...

Who Will Cry When You Die?

Sebentar, saya tidak sedang bertanya. Itu tadi judul buku yang muncul tiba-tiba. Buku yang ditulis oleh penulis The Monk Who Sold His Ferrari, Robin Sharma. Buku hadiah dari seorang kawan, Yogi Prayogo.
 
Di awal bab, materinya main teror saja. Ya, karena itu juga saya menulis postingan ini.

"Siapa yang akan menangis ketika Anda meninggal?
Apa pengaruh hidup Anda bagi generasi mendatang?
Warisan apa yang akan Anda tinggalkan setelah Anda mengembuskan napas terakhir?"

Sengaja saya kutip buat menyebarkan teror. Saya tidak rela terteror sendirian. Sekarang mari renungkan sama-sama.

Barangkali, yang menangis paling kencang ketika saya mati adalah orang yang saya hutangi. Kasihan. Makanya saya banyak berhutang, supaya berumur panjang. Terima kasih sudah mendoakan, wahai para pemberi hutang!

"Saya ingin menjadi orang yang saya inginkan namun tidak pernah saya wujudkan," kata George Bernard Shaw. Jadi, Engkau bukanlah satu-satunya, kawan. Kita tidak sendirian.

Tapi saya jadi punya pertanyaan baru buatmu, "Adakah yang akan menangis jika Engkau mati?"

13 November 2013

Ndlodog

Edan. Saya baru saja membaca blog edan. Rasanya seperti saat pertama kali baca tulisan Prie GS. Segar dan gerrrr... Geli.

Manusia seperti mereka perlu dilestarikan. Malah, jika ada yang berkenan, harus dibudidayakan. Pertama, karena mereka pabrik endorfin yang punya segudang bahan baku untuk membuat kita ketawa. Kedua, mereka barang langka. Bukan, bukan barang mereka yang langka. Hush!

Lho jangan remehkan urusan kocok perut ini. Kita sama-sama jenuh nonton sinetron yang isinya melulu soal tangis-menangis. Layar kaca kita terlanjur begitu. Kalaupun ada yang lebih faktual, palingan cuma berita korupsi atau gosip selebriti.

Kita butuh orang-orang humoris yang segar. Eksistensinya perlu kita jaga. Buatkan kandang khusus kalau perlu. Jangan sampai kecolongan. Sebelum diakui negara lain.

Lho, biasanya yang unik-unik kan diklaim punya bangsa lain. Tapi untuk mereka, sepertinya bukan Malaysia yang bakal mengklaim. Mungkin Zimbabwe. Bisa jadi, bisa jadi. Maklum, hampir satu warna. Kira-kira kayak sawo kedalon.

Mereka menulis dengan gaya Njawani, atau kentara logat/dialek/aksen Jawanya. Materinya sangat orisinil dan ndlodog. Ndlodog itu saru. Atau...pokoknya itu. Tapi masih bisa dibawa ke meja makan. Semacam ceplas-ceplos.

Wah, wah... Kudu di-eman. Jangan sampai diculik tetangga.

Iya, lebih baik segera kasih cap di jidatnya "INDONESIA". Karena jika kita lengah sedikit saja, dia bisa lari ke luar negeri. Kalaupun bukan kemauan sendiri, nasibnya bisa kayak Habibi atau Sri Mulyani.

Begitulah. Yang begitu itu berlebihan. Maksud saya bukan pengusiran Habibi yang berlebihan. Tapi imajinasi soal penculikan tadi kurang masuk di akal. Bagaimanapun tampang udik tidak layak lirik. 

Eh tapi, tadi bilang usir-mengusir itu apa? Halah lupakan. Biar tenang dalam damai.
Mengungkit-ungkit masa lalu yang bikin malu itu ndlodog. Makanya, sudah, berhenti ingat-ingat mantan melulu. Mending kalau ingat bisa bikin hepi, nyatanya tiap ingat bawaannya mau minum pewangi. Pewangi itu paling pol buat ketek, jangan diminum.

Edan. Kata Jayabaya, ora edan ora keduman. Yang tidak gila tidak akan dapat bagian. Tapi giliran gila beneran kok malah dimasukkan Rumah Sakit Jiwa. Dasar anak durhaka. Mereka kan tidak sakit. Cuma gila.

Saya turut prihatin. Mari kita doakan Tony Blank and The Gank. Saparatos!

06 November 2013

Kromatik

Kromatik

Tak ada lisong, hanya secangkir kopi
Pekat melekat hitam ibrik berbusa
Riak berbiak menawar putih gula
Lantaran senja tak pernah datang lambat waktu
Menenun malam, mengepul setungku abu
Biar
Derik jangkrik menjaga tempo asik tabulasi kromatik