19 Oktober 2014

Pindah

Semua akan indah pada waktunya. Bisa saja, tetapi kasihan si Indah. Jadi rebutan semua orang. Padahal Puput saja masih jomblo, Fitri juga belum ada yang punya, banyak lah. Cuma, Fitri memang biasanya kuwalahan kalau sudah masuk lebaran. Karena begitu ramadan habis, tiap hati maunya kembali fitri.

Ngomong-ngomong soal keindahan, Kisanak, saya ada cerita menarik. Beberapa waktu lalu saya ke Karimunjawa. Di sana bertemu orang-orang dari berbagai daerah. Ada yang dari Semarang, Surabaya, bahkan dari Rusia. Setelah ngobrol ngalor-ngidul, barulah saya tahu apa yang membuat mereka datang ke kepulauan yang terletak di utara Jepara, Jawa Tengah ini.

“Di sini indah!” Kata turis Rusia yang kebetulan bisa berbahasa Indonesia itu. Tasya namanya.

Saya mengamini saja. Meski sebenarnya dalam hati, “Di sini asin dan pedih di mata!” Karena waktu itu kami sedang snorkeling di Menjangan Kecil.

Usut punya usut, bule Rusia ini ternyata sudah cukup lama tinggal di Semarang. Tepatnya di Graha Estetika, Tembalang. Tapi apakah negara asalnya tidak indah? Kok sampai ke Indonesia segala. Entahlah, saya belum sempat tanya. Juga belum sempat ke sana.

Well, apapun itu. Tasya –barangkali- mengidamkan keindahan Indonesia, jadi ya worth it lah buat jauh-jauh datang ke Nusantara.

Sampean pernah dengar siklus hidup ikan salmon? Mereka tidak jauh beda dengan Tasya. Di musim tertentu ikan salmon akan bermigrasi dari laut ke sungai untuk bereproduksi. Seandainya bisa berbicara, Kisanak, mungkin mereka akan mengatakan, “Hidup ini indah ketika engkau dapat melanjutkan keturunan!” Jadi, apalagi tujuan migrasi kalau bukan menuju keindahan?

Atau ambillah contoh Theodore Roosevelt (TR), presiden Amerika Serikat termuda. Ia dilahirkan di New York, namun selanjutnya harus banyak berhijrah untuk mengatasi penyakit degeneratifnya seperti bronkial yang parah. Dari Paris, Italia, Austria, Jerman, sampai ke Mesir untuk mendapatkan iklim yang lebih bersahabat bagi tubuhnya. Perjalanan panjang, pergulatan dengan kondisi fisiknya, sebelum akhirnya Ia kembali ke Amerika Serikat, dan pada usia 42 tahun disumpah sebagai presiden.

TR bukan seorang playboy, Kisanak, meskipun telah banyak berganti-ganti.  Ia hanya berganti tempat tinggal, bukan pasangan.

Singkat saja. Banyak orang menginginkan sesuatu tetapi enggan melangkah. Sederhananya, mustahil bagi seseorang yang menginginkan ikan tongkol tetapi tidak mau beranjak dari tempat tidurnya di tengah ladang.

Kalau mau jadi perenang handal, jangan hidup di gurun. Kalau mau jadi orang lurus, jangan berkumpul dengan orang bengkok. Kalau bersama A tidak membuat bahagia, kenapa diteruskan. Kalau bersama B lah yang membuat bahagia, kenapa tidak diperjuangkan.

Kira-kira begitulah, Kisanak. Butuh kebesaran hati untuk mengakui, bahwa semua akan pindah pada waktunya. Move on!

Sudah ah, saya mau nelfon Fitri. Siapa tahu dia masih sendiri.