08 Januari 2020

Meriang

Melihat situasi yang berkembang belakangan sungguh membuat hati saya tergerak untuk turun tangan, bukan cuma urun angan. Seingat saya kata-kata cantik itu diperkenalkan dan dipopulerkan oleh Pak Anies Baswedan.

Pak Anies memang jagonya.

Ya tapi memang baru hati saya yang tergerak. Gerakan ini mungkin normal, mungkin juga natural. Tapi selama masih di hati apa layak disebut turun tangan? Atau sebut saja supranatural karena belum kelihatan wujudnya.

Baru-baru ini Jakarta dan sekitarnya banjir cukup hebat. Mau disebutkan yang lain? Baiklah, juga Jawa Barat dan Banten yang menderita kebanjiran. Juga genangan--baiklah.

Saya yang sedang di luar kota ingin segera pulang ikut menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Sempat deg-degan juga sebab landasan pacu bandar udara Halim Perdanakusuma mendadak berubah menjadi danau. Padahal saya harus mendarat di sana. Untung saja air pergi sebelum saya masuk ke udara Jakarta yang hari itu tidak berengsek-berengsek amat.

Jakarta adalah ibukota. Yang terjadi di sana sedikit/banyak bisa berdampak pada seluruh negeri. Biarpun rumah saya tidak ikut kebanjiran, saya harus ikut turun tangan. Bukan cuma urun angan.

Maka, sebelum bergerak, saya menyimak setiap pemberitaan di teve dengan khidmat. Lalu di sana tersiar pula kasus dugaan salah kelola dana Jiwasraya. Triliunan uang yang dihimpun ludes. Penyedia jasa asuransi pelat merah ini mengalami gagal bayar.

Dada saya mulai sesak. Selain karena masuk angin Sabtu lalu yang membuat saya harus mendapatkan perawatan urut dari tangan tidak terlatih (tapi ampuh) isteri saya, juga tak kuasa membayangkan berapa karung uang yang lenyap itu. Rasanya bisa engap jika kebanjiran duit belasan/puluhan triliun.

Tapi televisi seolah tidak ingin berhenti menyiksa saya. Mereka mengabarkan kapal milik Tiongkok merangsek masuk ke ZEE Indonesia.

Kepala rasanya ingin pecah. Bagaimana mungkin itu terjadi, jika sebelumnya Menhan Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja sama ke Negeri Tirai Bambu. Lagipula Menteri KKP Susi Pudjiastuti sudah diganti Pak Edhy Prabowo yang jelas punya kemampuan mumpuni, juga akrab dengan Menhan.

Rasa nasionalisme saya membara. Jangan sampai kedaulatan negara kita tercinta diinjak-injak antek asing! (Semangat Pak Prabowo sewaktu kampanye Pilpres kemarin menular. Ada meja yang bisa saya gebrak?)

Tapi, Tiongkok kan negara sahabat, kata Pak Prabowo. Sebagaimana penyampaian Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut, tidak usah dibesar-besarkan.

Benar juga. Ada persoalan yang lebih besar. Masih di saluran teve yang sama, yaitu kabar AS melakukan serangan di Baghdad, Irak, dan menewaskan seorang jenderal negara Iran. Dan dibalas dengan peluncuran rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak.

Kali ini saya menggigil. Pertama, kaum cerdik cendekia memprediksi Perang Dunia 3 bakal pecah. Kedua, saya menggigil karena masuk angin Sabtu lalu belum sembuh juga.

Ngilunya hilang, batuknya datang. Anak saya juga begitu. Tirah baring sama-sama.

Permasalahan bangsa--apalagi dunia--saya tunda dulu sampai saya menyelesaikan urusan-urusan saya. Ya, setelah urusan kesehatan, sepatu futsal, gitar baru, sepeda, pulang kampung, portofolio, rekreasi, cicilan properti, 

Yang penting urun angan saja dulu. Turun tangannya lain kali.