tak kunjung tercoret tinta berarti pada kertas suci
Jam dinding menatapku tertawa
Kuhela nafas penuh peluh penyesalan
Meski tak kuasa kuteteskan air mata
hatiku merintih perih, menangis dengan lirih
Berdesis dan teriris
Hanya tersenyum dalam tangisku
Laknat berangkara
membuatku muak pada agenda tanpa cahya
Masih berharap lentera hidup membawa pada terangnya dunia
terlalu larut untuk berjalan pada lorong kelam malam nan legam, lalu kusandarkan jiwaku pada pelita yang mulai temaram, tanpa ku sadar ku pandang kilau tabur bintang penuh keindahan yang ku tahu itulah dirimu...