19 Januari 2013

Dogma

Hati-hati dengan dogma. Satu dalil ditafsir menjadi puluhan makna. Kelompok yang tidak puas dengan tafsir kelompok lain siap menghianati justru pada substansi dalil tadi. Maka tak heran anarki di mana-mana. Anarki berarti ada aturan yang tidak diakui. Dengan kata lain kedaulatan sebagai syarat negara telah diperkosa. Bukankah ini pelanggaran berat?

Puber itu biasa. Terjadi pada siapa saja pada masanya. Termasuk pada yang merayakan demokrasi setelah kenyang dicabuli. Demikianlah akar mengakar yang digunduli daun-daunnya lalu kembali tumbuh dan mewariskan puber baru untuk keturunannya.

Tidak bisa tidak. Paham pun berbiak. Di sana kemudian manusia disadarkan satu hal mendasar. Ketuhanan. Berketuhanan bukan sekedar beragama. Pada akhirnya setiap hati dan kepala memelihara keyakinan dalam satu pigura yang membingkai manusia dengan Tuhannya. Di luar daripada agama sebagai konsep nilai dan norma.

Maka sungguh tak bisa dipertanyakan lagi sampai mana keyakinan manusia terhubung dengan Tuhan. Betapa kurang ajar mereka yang mengukur takaran iman dengan dogma. Tuhan yang berhak menanyakan pada hambanya, bukan manusia. Karena melemparkan dogma di tengah karut-marut orang ramai yang linglung cuma akan menimbulkan prasangka. Yang pada gilirannya menjelma begitu liar dan bablas.

Satu saja supaya diingat. Jika beragama untuk bertuhan, beragamalah!