16 Februari 2011

Akor

Saya ingin sedikit sombong. Tak apalah sekali-kali. Atau anda berpikir sejak awal saya memang sombong? Kalau begitu anggap saja ini kesombongan saya yg ke-sekian kali.

Tentang musik. Gitar, satu alat musik yg paling saya mengerti seluk beluknya -terutama akustik. Lain? Saya bisa memainkan drum atau yg lain, tapi tidak begitu paham seluk beluknya.

Gitar akustik adalah alat musik yg paling akrab dengan kita -kaum adam. Pertama, mungkin alat ini cukup murah. Dengan 500ribu rupiah saja kita bisa mendapatkan gitar akustik cukup bagus. Biasaya gitar seri 200 atau 300an. Meskipun ada juga yg harganya jutaan, tapi dengan gitar 500ribuan saya jamin anda sudah mendapat sound yg enak.

Kedua, selain murah harganya, gitar akustik juga murah memainkannya. Asal bagian penting gitar lengkap, kita sudah bisa genjrang-genjreng kapanpun. Tidak seperti gitar elektrik yg butuh ampli. Belum lagi kalau kita memikirkan efeknya, pick up-nya, dll. Mahal.

Ketiga, mempesona. Inilah yg terjadi di Indonesia. Kaum adam yg bisa bermain gitar mempunyai pesona tersendiri bagi kaum hawa -bahkan berlaku juga sebaliknya. Selain itu kita bisa "merayu" lawan jenis dengan bernyanyi sambil bermain gitar. Bawa saja gitar akustik di bawah jendela pujaan kita, bernyanyilah dengan hati. Mudah sekali membuat mereka terpesona. Kecuali kalau permainan kita benar-benar berantakan. Jangan salahkan ada panci melayang ke kepala. Ya, inilah keunggulan gitar akustik. Dan masih banyak alasan-alasan lain.

Hampir semua orang yg bisa bermain gitar mempunyai lagu sendiri. Maksudnya lagu yg diciptakan sendiri. Menguasai empat akor (umum disebut kunci) saja sudah bisa mencipta lagu. Ingat Kuburan Band? Bermodal C-Am-Dm-G saja bisa membuat hit. Jadi ada harapan menciptakan lagu untuk tingkat pemula.

Tapi ada kelemahan terbesar pada pemula -bahkan orang yg mahir- dalam membuat lagu, yaitu pada pilihan akor. Akor yg mereka pilih umumnya mainstream atau konvensional. Bukannya band-band papan atas juga memakai akor sederhana? Ya, di Indonesia. Tahu sendiri kualitas band mayor di negeri kita tercinta.

Saya memang tidak bisa bermain arpeggio super cepat atau tapping ala Eddie Van Halen, tapi soal feel saya yakin orang berskill tinggi sekalipun (mungkin) jauh di bawah saya -tidak semua. Misalnya Joni gitaris terbaik di kampus. Dia mempunyai sebuah lagu dengan akor intro F-Am-Bb. Kalau saya yg memainkan intro itu bisa menjadi F-Am7-BbSus4-BbM7-Cm7. Tentu saja dengan panjang ketukan dan bar yg sama.

Akor-akor dan sentuhan semacam ini mempunyai nilai plus. Vokalis mendapat bahan improvisasi yg lebih kaya. Suaranya pun terdengar lebih enak. Dan seterusnya.

Inilah salah satu penyebab penghujatan terhadap band-band melayu saat pertama kali muncul dulu. Musik mereka dituding sembarangan, ecek-ecek, dsb. Anda bisa menilai sendiri.

Akor ini sebenarnya mudah bagi mereka yg mahir. Bagi pemula pun cukup mudah asal mau mempelajari. Tapi hanya orang dengan kepekaan tertentu yg bisa meraciknya. Kuncinya ada satu; referensi memadai. Kalau kita cuma mendengarkan lagu yg ecek-ecek, ya hasil karya kita nanti tidak jauh dari sana. Padukan dengan feel yg kita punya. Itu yg paling pentind menentukan. Feel bakat/selera. Orang yg mengerti musik menilai kualitas kita dari sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok