15 Februari 2011

Freak

Lucu. Sepertinya itu kata paling tepat untuk mendefinisikan band jamur Indonesia hari ini. Bagaimana tidak, hampir tiap mendengar lagu-lagu di radio atau melihat di teve bisa membuat saya berkernyit tiada henti. Sungguh menggelikan.

Anehnya band-band itu bukan grup musik dagelan macam Teamlo, bukan juga band medley macam Sastromoeni. Ya, itu musik serius mereka.

Entah apa tujuan mereka bermusik. Uang, popularitas, soul, idealisme, atau...? Terserah lah apa. Tapi tidakkah mereka mempunyai konsep musik yg dewasa. Bukan kacangan dan terdengar -bahkan terlihat- freak.

Saya memang mengapresiasi segala jenis musik, tapi kita sudah pantas prihatin dengan ulah produser. Saya menyalahkan mayor label. Mereka yg paling bertanggung jawab. Apa? Pasar? Itu namanya egois.

Baru saja saya melihat sebuah band melayu di teve. Saya benar-benar terkejut ketika melihat gitarisnya. Berambut gondrong, memakai gitar stratocaster, kacamata hitam, dan topi bluesman. Mas Gugun? Ya, Muhammad Gunawan vokalis dan gitaris Gugun Blues Shelter. Salah satu gitaris terbaik di Indonesia. Bahkan pernah menyabet gelar gitaris terbaik se-Asia Tenggara. Lebih terkejut lagi setelah di close up. Beuh, bukan Gugun! Pantesan lagunya...*%##$**#!

Saya curiga sejak awal. Licknya hancur, distorsinya tidak menggigit, sound...suck, riffnya pun...undefine.

Melayu. Tidak ada yg salah dengan genre ini. Tapi siapa bisa memberi tahu saya tentang equipment dan tangga nada terbaik untuk melayu? Gila. Bahkan dengan percaya diri seorang berambut mowhak membawakan lagu melayu. Tidak tahu band apa itu.

Karena musik etnik pun mempunyai standar tersendiri. Dan kalau dimainkan minimal sesuai standar, hasilnya akan luar biasa. Kita ambil contoh Tiga Pagi dengan lagunya Mari Menari. Betapa indah dan listenable lagu dengan sentuhan riff sunda itu. Atau lagu Trisums yg Cublak Suweng. Dengarlah lagu yg dimainkan Dewa Bujana, Tohpati, dan Balawan itu. Tetap terdengar elegan dan skillful. Atau musik dengan equipment paling sederhana milik Jubing Kristianto. Ayam Den Lapeh, Gundul Pacul, dan lagu-lagu anak yg diaransmen ulang seperti Hujan Fantasy, Becak Fantasy, Delman Fantasy. Dahsyat. Jelas sekali ini bukan musik sembarangan.

Sayangnya (kabar buruk) musik pilihan kita identik dengan tingkat intelektualitas kita. Sepakat? Kalau saya sepakat. Pengalaman yg mengajarkan saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok