25 Desember 2010

Retorika Pasivis Kampus

Beberapa waktu lalu kami menggagas pendirian kelompok diskusi di Politeknik Negeri Semarang (Polines). Awalnya kami sepakat memberikan nama Gerakan Pasivis Kampus. Namun sepertinya kata "Gerakan" terlalu membebani aksi kelompok ini. Terdengar agak radikal. Kemudian muncul ide untuk menggantinya dengan kata "Retorika", menjadi "Retorika Pasivis Kampus". Ketika nama tersebut disepakati, kelompok ini resmi terbentuk. Tidak membutuhkan AD-ART, STO, dan tetek bengek lainnya.

  • Retorika
Menurut paham kami, retorika berarti menggunakan bahasa yg mungkin persuasif dan efektif untuk berkampanye. Tidak sampai di sana saja, kami serius mencari referensi kamus-kamus bahasa. Dalam Kamus Prima Bahasa Indonesia yg disusun oleh Priyo Darmanto dan Pujo Wiyoto, retorik artinya [2] ucapan, tulisan/yg nampak hebat tetapi sebenarnya ... tidak berarti apa-apa. Tepat sekali dengan pemikiran kami. Bahwa mungkin kelompok ini dipandang tidak berarti apa-apa -di samping keefektifannya atau malah sama sekali tidak efektif. Kami siap menghadapi sinisme dan sentimentil siapapun.

Istilah retorika dikenal pertama kali oleh bangsa Yunani kuno. Pada waktu itu retorika identik dengan pidato politik. Persis dengan tujuan kelompok ini yaitu berpropaganda. Kalau dulu di Yunani retorika berarti seni berpidato untuk mempropaganda simpatisan, kami akan melakukannya dengan tulisan. Dewasa ini retorika memang lebih dikenal dengan tulisan -seiring perkembangan teknologi yg mempermudah penyampaian informasi.

Dengan menggunakan bahasa yg agak susah dipahami, sehingga wajar saja ada pendapat retorik merupakan kata/kalimat yg sebenarnya tidak berarti apa-apa. Karena kata tersebut dapat diganti dengan kata biasa dan lazim dalam percakapan biasa. Namun kata yg susah dipahami itu pun digunakan karena alasan kuat. Kadang kata biasa tidak cukup mewakili apa yg dimaksud. Sedangkan 1 kata retorik bisa mewakili satu/lebih kalimat biasa. Dengan demikian kata retorik disamakan dengan kata efektif.

  • Pasivis
Kami memilih kata pasivis karena di dalam kampus manapun terdapat istilah aktivis. Ya, di dalam kehidupan mahasiswa memang dikenal terminologi aktivis. Aktivis umumnya terikat AD ART, STO, Proker, dan tetek bengek lainnya. Intinya, organisasi selalu memberikan ruang sempit dengan segala urgensi.

Secara goblok-goblokan, pasivis adalah lawan dari kata aktivis. Memang. Meskipun tidak seradikal paham kiri jalan yg bergerak melawan kaum kanan jalan pada 1926 sampai 1948, tapi Gerakan Pasivis Kampus memang sedikit melawan arus. Dengan semangat integratif, Retorika Pasivis Kampus berusaha mengcover pemikiran-pemikiran mahasiswa yang ingin disuarakan tanpa terjerat jaringan tetek bengek apapun.

Itulah alasan kami menggunakan kata pasivis. Lagipula aktivis kampus Polines memang jarang mendiskusikan materi-materi tertentu yg banyak dan lazim didiskusikan oleh aktivis-aktivis kampus lain. Sepanjang pengalaman memang begitu.

  • Kampus
Tidak perlu dijelaskan apa artinya, hanya perlu sedikit penegasan bahwa kampus yg dimaksud adalah Politeknik Negeri Semarang (Polines). Penjelasannya telah dibahas pada bagian pasivis paragraf ke tiga.

Dari semua dasar tersebut diatas, kemudian kami memberikan semacam sub-title: Menukangi Pemikiran yang Tidak Banyak Disuarakan Aktivis Kampus (Polines). Dan sebuah jargon: Fight and Free!

Kami anti intervensi dan konspirasi. Kami bebas dari tunggangan golongan/kelompok/institusi/birokrasi/partai politik manapun.

Aksi kami adalah menerbitkan buletin yg selanjutnya ditempel pada mading-mading yg ada di Polines. Isi buletin Retorika Pasivis Kampus bermacam-macam dan bebas sesuai keinginan tukangnya (Simpatisan kelompok ini disebut tukang). Tujuannya jelas, propaganda. Penulis materi dalam buletin bertanggung jawab penuh atas tulisannya, karena itu disertakan pula identitas penulisnya. Edisi 1 telah terbit akhir tahun 2010 tepatnya bulan Desember. Edisi berikutnya akan terbit pula tapi tidak ditentukan deadline penerbitannya.

Kami menerima tulisan-tulisan warga kampus untuk diterbitkan. Isi materinya bebas. Boleh cinta, politik, ekonomi, sosial, budaya, seputar kampus, apapun. Dengan catatan, identitas penulisnya harus jelas. Artinya bisa dihubungi alamat penulisnya.

Ideologi manapun berhak hidup, meskipun cuma dalam jiwa pemiliknya. Ketika ideologi mendesak untuk erupsi, maka biarlah meledak sekuat-kuatnya. Barangkali tidak sedahsyat gunung merapi, setidaknya aman dari sakit perut. Bayangkan saja saat kentut tertahan gengsi yg egois, maka "bumsss" nikmat tak terhingga ketika merdeka seperti ban melindas paku. Ketika tak satupun organisasi mampu mengakomodasi sebuah konsep, pilihan pertama adalah diam. Namun seperti dikatakan Goenawan Mohamad bahwa diam tidak memiliki substansi apa-apa kecuali diam itu sendiri. Pilihan kedua dan barangkali yg terakhir adalah independensi. Retorika Pasivis Kampus adalah kelompok diskusi yg independen.

FIGHT AND FREE!

4 komentar:

  1. menawi miturut kulo bab ingkang mekaten kedah dipun surung. lamun benten ipun nopo aktivis kalian pasivis menawi sami-sami gerak kados mekaten.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya tidak sepenuhnya mengerti maksud komentar sampeyan. Cuma yg perlu diketahui adalah tidak semua mahasiswa mau menyandang gelar aktivis. Jadi kelompok diskusi ini mewadahi pemikiran kawan mahasiswa dari kalangan non-aktivis.

      Hapus
  2. sama saja, ketika anda membuat kelompok diskusi, membuat suatu organisasi tanpa bentuk sekalipun anda sudah termasuk AKTIF. kalo pasivis ya brarti anda diam saja,,, SELAMAT BERGABUNG DENGAN AKTIVIS KAMPUS YANG LAIN!
    intinya anda podho wae! sampean jg aktivis
    AKTIVIS TANPA BENTUK!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak perlu repot-repot memberi ucapan "Selamat Bergabung", karena hampir 3 tahun Saya terlibat ke-aktivis-an di Polines. Di luar kampus tidak perlu saya sebutkan. Anyway, terima kasih.

      "Pasivis Kampus" hanya sebuah terminologi. Kami mengangkat pemahaman umum (Polines) yg mengartikan aktivis sebagai mahasiswa yg tergabung dlm ormawa terdaftar di KBM Polines. "Kalau tidak salah ingat" ada 22 ormawa di kampus ini (sesuai ketetapan KM). 1 BPM, 1 BEM, 1 BSO, 5 HMJ, dan 14 UKM. Selama ini yg disebut "Aktivis Kampus (Polines)" hanya orang-orang dari ke-22 ormawa itu.

      Kami mencoba merangkul mahasiswa-mahasiswa lain yang tidak tergabung di dalam 22 ormawa tadi dengan terminologi "Pasivis Kampus". Soal substansi partisipan kelompok diskusi ini kemudian disebut "Aktivis", itu urusan lain.

      Secara sederhana, "Pasivis Kampus" adalah cara kami mengajak kawan mahasiswa yg tidak terlibat di dalam 22 ormawa di atas untuk berdiskusi.

      Hapus

Warung Kopi Kothok