06 Oktober 2011

(Maaf) Gombal Mukiyo

Sebelum kamu membaca seluruh isi surat ini, saya peringatkan, surat ini benar-benar berisi Gombal Mukiyo. Kalau kamu alergi dengan gombalan lebih baik sudahi saja untuk judul ini. Cari artikel lain, atau tutup tab atau window browser kamu. Karena kamu takkan menemukan apa-apa selain gombal mukiyo.

Baik, karena kamu terus penasaran, saya lanjutkan. maaf, maksud saya, kamu yang melanjutkan (membaca). Saya hanya ingin memiliki hatimu yang hanya satu itu. Maaf, saya tidak bermaksud menggombal seawal ini. Tapi baiklah. Ini memang berisi gombal mukiyo.

Setiap dekat denganmu rasanya banyak sekali hormon endorfin yang dilepaskan ke dalam aliran darah saya. Maaf, sebenarnya saya tidak begitu paham apa itu hormon endorfin. Saya tidak paham. Tapi kata Ajahn Brahm, tertawa bisa melepaskan hormon endorfin ke dalam aliran darah. Barangkali hormon tadi efek kebahagiaan atau semacamnya. Maaf, saya tidak bermaksud menyesatkan. Saya hanya berusaha "menggombal". Maaf, maksud saya "menyimpulkan". Baik, lupakan saja soal endorfin. Itu pekerjaan ilmuwan.

Jodoh itu diatur Tuhan. Kamu percaya? Saya percaya. Sebaiknya kamu juga percaya. Karena ini tentang percaya pada Tuhan. Percayalah. Daripada percaya pada saya. Karena saya sedang menggombal. Jadi jangan percaya. Tapi kamu harus percaya pada gombalan saya. Maaf, maksud saya, gombalan saya tidak layak dipercaya. Tapi kamu harus tetap percaya. Maaf, saya tidak bermaksud memaksa. Tapi kamu harus. Maaf, saya hanya melantur. Maklum semakin berumur.

Karena jodoh itu diatur Tuhan, biar saya berusaha sampai matipun takkan pernah berjodoh denganmu, kalau Tuhan memang mengatur begitu. Mungkin kamu yang ditakdirkan untuk benar-benar tak mau dengan saya atau Tuhan menghendaki kondisi-kondisi lain yang tak terduga. Tapi kamu harus percaya bahwa saya benar-benar menginginkanmu. Maaf, saya tidak bermaksud berkata seperti itu. Maksud saya, kamu harus percaya bahwa semua ini sudah diatur Tuhan.

Satu alasan saya menulis ini adalah kepala saya sedang ditodong setan. Ah maksud saya, supaya kamu tahu. Itu saja. Daripada kamu tidak berjodoh dengan saya dan kamu tidak tahu saya pernah menginginkanmu. Ini serius. Saya sedang tidak main-main. Maaf, maksud saya, saya sedang menggombal. Ini gombal. Jangan dipercaya.

Maaf ini bukan tentang kamu. Kamu yang di sebelahnya. Bukan, bukan, yang matanya dua itu. Sebelahnya lagi. Nah tepat di belakangmu. Ya, kamu yang kakinya dua. Bukan, bukan, yang satu lagi. Nah itu, saya memang sedang menggombal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok