19 Juni 2011

Takdir

Kamu percaya takdir? Dalam Islam ada dua takdir; yang bisa diubah dan yang tak bisa diubah. Semua pertanyaan kita tentang masa depan akan dijawab takdir-yang dibawa waktu.

Takdir yang bisa diubah itu banyak. Makanya kita diperintah berikhtiar supaya jawaban yang kita dapat sesuai dengan apa yang kita harap. Kalau belum sesuai harapan, artinya ikhtiar kita belum optimal. Tak ada pengecualian. Titik.

Ikhtiar optimal tidak harus maksimal. Bisa jadi malah minimalis. Asal ikhtiar kita sudah bertemu garisnya, sukses!

Sedang takdir yang satu lagi benar-benar tidak bisa diubah. Di antaranya; hidup, mati, jodoh, dst. Tapi tetap kita wajib berikhtiar. Kalau takdirnya mati ya supaya khusnul khotimah-bukan ditunda matinya. Yang digariskan adalah kematiannya, bukan catatan yang dibawanya ketika mati. Kita berhak menentukan catatan apa yang akan kita bawa setelah itu-sebelum terlambat, maut menjemput.

Semua hal di dunia akhirnya akan bertemu takdir. Entah takdir membawanya ke mana. Entah takdir yang mana saja. Yang fleksibel atau yang paten. Biasanya takdir-takdir fleksibel akan bermuara pada takdir paten. Manusia boleh saja memenangkan takdir-takdir fleksibel, tapi tak akan dapat menawar takdir paten barang satu kata.

Kamu boleh saja mendapatkan perawatan kesehatan dari dokter nomor wahid di seantero jagad. Kamu mungkin saja memiliki jaminan gizi, vitamin, nutrisi, oksigen, dan tetek bengek lain yang terbaik. Kamu manusia dengan kawalan ketat bodyguard kekar dan pasukan anti teror sepanjang jalan. Kamu telah berikhtiar dan mungkin memenangkan takdir fleksibel. Tapi jangan bilang "nanti" pada malaikat pencabut nyawa. Orang paling sehat, aman dan terjamin seperti kamu pun akan gagal negosiasi maut. Itu salah satu takdir paten.

Berikhtiar saja dengan optimal, lalu bertawakal. Takdir paten sendirinya akan memperterang. Tak perlu banyak mempertanyakan. Saya harap kamu mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok