14 Agustus 2013

Asal Kopi Kothok

Dari mana asal kopi kothok?

Coba surfing di internet! Search engine menyediakan puluhan (suatu saat akan menjadi ratusan bahkan ribuan) jawaban. Ada yang bilang dari Blora, Tuban, Bojonegoro, dan lain-lain. Entah mana yang benar. Sejarah belum membuktikan. Tidak tertulis dalam kitab Negarakertagama (apalagi Kamasutra) dari mana kopi kothok berasal. Di mana kopi ini pertama kali dibuat dan dipopulerkan. Semua boleh berpendapat atau membuat pengakuan. Termasuk saya, berpendapat bahwa kopi kothok ini khas Cepu. Sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Blora.

Jika kita bergeser sedikit ke selatan Jawa Tengah yang berbatasan dengan Yogyakarta, tepatnya Magelang, di sana ada sebuah tempat ngopi bernama Kopi Klotok. You know what? Ternyata Sang Founder diilhami Kopi Kothok Cepu. Sekali lagi; Cepu. Bukan tempat lain.

Tapi tetap saja menjadi perdebatan di kalangan pecinta kopi ini. Whatever. Yang saya tahu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, Da'i kondang di masanya yang memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) dan pemimpin DI/TII ini juga berasal dari Cepu. Tidak banyak yang ingat.

Juga pamannya, Marco Kartodikromo (Mas Marco), seorang aktivis, penulis, yang ditakuti pemerintah kolonial, yang akhirnya dibuang di Digul, berasal dari Cepu pula.

Pusat pemerintahan Kadipaten Jipang Panolan pada abad XVI yang terkenal dengan Aryo Penangsang (yang juga murid Sunan Kudus) dan kerisnya Setan Kober, serta kudanya Gagak Rimang juga Cepu tempatnya. Bukan tempat lain.

Di Cepu jugalah pasukan Ronggolawe berada. Pasukan berkuda yang gagah berani.

Yang terbaru adalah Blok Cepu. Wilayah kontrak minyak dan gas bumi yang memiliki cadangan minyak sangat besar, mencapai 2 milyar barel. Kabar ini ramai di tahun 2006, saat ExxonMobil Ltd. (salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia) masuk dan membantu Pertamina mengelola minyak di sana. Tetapi kemudian banyak yang lupa, bahwa dengan begitu mestinya mendukung kemajuan Cepu. Bukan stuck begini.

Banyak lagi yang lainnya. Singkatnya, yang ingin saya sampaikan adalah Cepu banyak dilupakan. Jadi wajar saja kalaupun Kopi Kothok benar-benar berasal dari Cepu, kemudian orang melupakan. Lalu orang mulai membuat pengakuan. Wajar. Seandainya memang benar.

Saya mulai berpikir, jangan-jangan saya masih mewarisi darah Kartosoewirjo. Juga Mas Marco (atau Mbah Marco). Bisa jadi. Saya ini asli Cepu. Memang campuran Pati. Tapi toh, dulu Pati di bawah kedaulatan Jipang Panolan yang pusatnya di Cepu.

Atau malah mengalir darah Aryo Penangsang. Berarti saya keturunan Raden Patah, Raja Demak. Saya berdarah biru! Sepertinya perlu Medical Check Up, siapa tahu darah saya memang biru. Tapi sudahlah, lupakan, memang biasanya dilupakan.

Sungguh malang nasib Kopi Kothok. Dia mengembara ke mana-mana, tapi tidak punya akta kelahiran. Orang bertanya-tanya dari mana asalnya, tapi tidak ada jawaban. Sementara yang lain terus membuat pengakuan. Menjadi perdebatan. Biarlah. Biarlah menjadi teka-teki seperti misteri gunung merapi. Ih...ih...ih...

Dari manapun asalmu, Cepu akan selalu menerimamu, Kopi Kothok. Ai luph yu pull...!

2 komentar:

  1. Kopi kothok memang menjadi salah satu minuman dari kopi yang terkenal di daerah seperti Blora, Tuban, dan daerah lain. Informasi yang menarik mengenai asal kopi kothok.

    BalasHapus
  2. Saya percaya metode kopi kothok dari Cepu, Blora.

    BalasHapus

Warung Kopi Kothok