Bersyukurlah bagi yang sudah merasakan berbagai jenis sarana transportasi umum. Karena dari sana kita dengan mudah berkenalan pada karakter massa. Tidak butuh waktu lama. Bahkan sangat singkat.
Saya sendiri sudah pernah merasakan banyak alat transportasi. Manis, asem, asin. Ramai rasanya! Nano-nano, Bro!
Eh sorry, bukan maksud memelintir perkara. Tapi kadang-kadang memang manis. Karena di kereta api kelas ekonomi ada penjual teh atau kopi panas yang meski murah, tidak pakai gula buatan. Sesekali kopi ini tumpah di celana bahkan muka. Ternyata rasanya manis, setelah mulut kecipratan airnya.
Juga asem. Tahu sendirilah kalau pelayan publik ini bekerja seharian penuh. Terbayang betapa lelahnya mereka. Maka tak heran jika beberapa pramugari memasang muka masamnya. Sebenarnya bukan dipasang, tapi terpasang begitu saja. Tapi, ya Tuhan, betapapun dimasamkan tetap saja ada manis gula aren yang menyembul di antara peragaan keselamatan, pelampung, oksigen, juga pintu darurat. Apalagi yang berlesung pipi. Aduh.
Asin juga tak kalah banyak bertebaran di alat transportasi publik. Yang biasa berjejalan di bus ekonomi pasti sudah khatam. Berdiri berhimpitan di antara orang-orang yang berusaha berpegangan pada tiang bus agar tak jatuh ketika bus direm mendadak. Jangan bohong tidak pernah nyerempet ketiak pengamen atau Ibu-ibu dari pasar. Wuih, asin kan?
Pokoknya ramai rasanya.
Sekali-kali rasakanlah lancarnya melaju naik busway. Atau cicipi goyang kopaja juga bajai yang lincah meliuk-liuk di tengah kemacetan. Jangan antipati dulu dengan Damri, andong, dokar, dan feri. Tapi perlu juga mencoba nyamannya pelayanan di kereta api eksekutif, taxi, atau pesawat terbang.
Sungguh, masing-masing alat dengan kelas masing-masing memiliki kecenderungan penumpang masing-masing. Tingkah penumpang kereta api kelas bisnis tentu berbeda dengan penumpang bus patas. Berbeda pula dengan penumpang ojek. Penumpang becak. Dan lain lain dan lain lain.
Begitu mudahnya melacak karakter massa. Jenis alat transportasi yang kita pilih berikut kelasnya adalah refleksi kehidupan kita, penumpangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Warung Kopi Kothok