10 September 2011

Think of Thing

Wong akeh ki macem-macem. Orang banyak itu macam-macam. Ada yang macam saya, ada yang macam kamu, ada yang macam dia, pokoknya macam-macam.

Kamu percaya ada orang yang selalu melihat hal-hal biasa dengan kacamata positif? Semua hal bernilai positif baginya. Positive thinking, atau barangkali positive feeling seperti yang dikatakan Erbe Sentanu. Saya percaya. Seorang sahabat saya salah satu tersangkanya.

Menurutmu dia berbohong? Mungkin awalnya saya cuma tahu dari lisannya (bi lisan), tapi akhirnya saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa yang diucap lisannya itu dituntun feelingnya (bi kalbi). Tidak mudah menaksir hati seseorang. Menaksir? Mengestimasi. Saya sudah sampai di titik itu. I believe it. Kalau kamu tidak percaya padanya, setidaknya kamu harus percaya ada orang seperti itu. Namanya juga wong akeh.

Saya pikir fine-fine saja berpikir sepositif mungkin. Malah kita harus selalu berpikir positif. Tapi yang tidak boleh dilupakan adalah memahami kemungkinan negatifnya. Sederhananya begini, semua hal akan selalu mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus. Sudah menjadi kodratnya makhluk. Apa itu makhluk? Makhluk itu lawan kata dari Khalik. Khalik itu pencipta, makhluk itu yang diciptakan. Manusia, binatang, tumbuhan, air, batu, udara, api, semua selain Khalik itu makhluk. Khalik itu Tuhan. Berarti selain Tuhan, tergolong makhluk. Jadi semua makhluk harus punya dua nilai sekaligus. Positif dan negatif. Selalu begitu. Makanya mengkoreksi dan mengkritik itu mudah. Asal jeli menelanjangi kenegatifannya saja bisa menjadi kritik yang super-pedas.

Dari dua nilai tadi, akan muncul 3 kemungkinan kesimpulan. Pertama positif, kedua negatif, ketiga netral.

Kesimpulan positif akan muncul jika kita lebih banyak menerima nilai positif daripada negatifnya. Misalnya, Boy hari ini bolos kuliah. Diam-diam kita mencoba menyimpulkan apakah yang dilakukan Boy itu benar atau salah, positif atau negatif. Hasilnya kita menemukan 11 alasan dan dugaan. Enam di antaranya adalah dugaan positif, sisanya negatif. Jadi rasio positif dibanding negatifnya adalah 6:5. Tapi bukan berarti kesimpulan kita tentang Boy pasti positif. Depend, tergantung lebih banyak mana nilai yang kita terima. Biarpun ada 17 dugaan negatif dan hanya ada 1 dugaan positif, nilainya akan menjadi positif kalau kita lebih menerima sisi positifnya. Begitu sebaliknya.

Selanjutnya netral. Seperti yang kamu duga, kita menerima dugaan positif sama banyak dengan dugaan negatifnya. Atau bisa juga terjadi saat kita sama sekali menolak semua dugaan. Dengan kata lain kita sama sekali tidak peduli. Kesimpulan netral.

Sekarang sudah semakin jelas. Karena segala hal mempunyai dua nilai (positif & negatif), ada baiknya kita menemukan keduanya sebelum menyimpulkan. Berpikir positif bukan berarti hanya tahu nilai positifnya saja. Temukan juga nilai-nilai negatifnya. Soal kesimpulan yang kita ambil nanti positif atau negatif, itu urusan belakang. Tapi sebaiknya kesimpulan positif atau positif thinking.

Jadi, tetap berpikir positif, tapi pahami juga kemungkinan negatifnya. Sekedar memahami.

2 komentar:

  1. emmm.... koq saya setelah baca , jadi timbul pertanyaan ...
    apa kebanyakan orang , ga percaya kalo ada orang yang memang berpikiran positif ? / menangkap sesuatu dari segi positifnya ..... kenapa ?

    trus koq bisa , anda menyimpulkan sahabat anda itu , seorang yang berpikiran positif ?
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik :)

      Saya mengamati orang-orang di sekitar saya. Dan ternyata memang begitu adanya. Saya hanya mengamati.

      Sahabat saya itu, entahlah, saya cuma yakin. Semua orang pasti punya kelebihan membaca kejujuran orang lain, orang tertentu. Saya cuma yakin.

      Hapus

Warung Kopi Kothok