09 September 2011

Pacaran

Menurut ente bagusnya ngomongin apa dulu nih? Politik? Ah ogah, it's endless drama yang nggak kalah lebay dari sinetron favorit emak-emak. Jadi ngomongin politik itu meaningless? Worthless. Penting, tapi nggak di sini.

Let's go to the topic. What topic? Pacar. Pacar? Pacaran.

Sebelumnya maaf nih kalau yang punya blog sebelah juga sempet nyinggung topik ini. Paling enggak ada twittnya yang nangkring di Time Line beberapa waktu lalu, kira-kira tentang ini juga. Tapi soalan ini memang sudah lama ngendap di saya.

Dulu saya termasuk orang yang tidak betah berlama-lama single. Kalau menurut orang yang mengaku "anak gaul" sih namanya jomblo. Saya tidak betah jomblo. Dulu memang iya. Jadilah hunting pacar, berburu, gebet sana-sini, sampai orang nyangka saya multiple. Multiple? Ya, tapi biar apa orang bilang. Waktu itu saya masih abu-abu. Di utan? Itu monyet abu-abu, kampret!

Seperti kamu juga, saya pernah berseragam putih abu-abu. Itu lho yang di dada ada badge tulisannya OSIS. Osis sapi, osis ayam, osisnya Gonzales, osisnya Sm*sh, osisny Sinta & Jojo, osis... Itu SOSIS! Haha kok jadi banyak bercanda gini ya.

Singkat cerita, dulu saya memang kerap bongkar pasang personel. Biar ngetop kayak Anang. Lah, segala Anang dibawa-bawa. Maaf, maaf. Maksudnya, saya sering ganti pacar. Tiap putus hubungan, buru-buru cari pacar baru. Entah untuk apa.

Belakangan saya bertanya pada diri saya sendiri. Sebenarnya untuk apa semua itu? Seberapa urgen pacaran itu sampai saya rela ngubek sekolahan buat dapat pacar. Apakah hidup ini selalu melankolik. Apa tanpa pacar saya tidak bisa have fun. Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain yang membuat saya mencari dalil-dalil pembenaran yang dapat diterima. Ajaibnya semua ditolak. Bukan berarti pacaran itu sama sekali tidak benar, atau pacaran itu useless. Saya banyak belajar dari pacaran. Tapi ada tapinya.

Sekarang saya tanya, untuk apa pacaran itu? Beberapa orang pernah mengatakan pada saya bahwa pacaran untuk penjajakan. Jadi, apakah sebagai teman kita tidak boleh menjajaki? Saya yakin teman yang baik akan selalu mengizinkan kita untuk mengenalnya lebih. Tidak perlu menjadi pacar. Kalau dia menolak, artinya dia belum terlalu baik. Sekedar mengenal orang tua atau keluarga seharusnya sah-sah saja.

Sebagian teman menganggap sebelum memasuki hubungan yang lebih serius, kita harus pacaran. Saya menolak pendapat itu. Pernikahan tidak harus selalu diawali pacaran. Ada juga kan orang yang tidak pernah pacaran tapi punya suami/isteri. Dan mereka tidak harus melakukan cara islam untuk menikah tanpa pacaran. Dari sahabat saja bisa jadi suami/isteri kok. Tanpa pacaran? Tanpa pacaran.

Kualitas pernikahan tidak dapat diukur dari kualitas pacarannya. Kuantitas apalagi. Kalaupun memaksa mengukur, dari kualitas pertemanannya saja bisa. Tidak percaya? Hal apa yang tidak bisa dilakukan teman seperti apa yang dilakukan pacar? Teman bisa memberikan perhatian seperti yang diberikan pacar. Apa teman dilarang care? Teman juga boleh memanjakan teman seperti pacar. Teman bisa juga menemani jalan-jalan. Teman bisa menjadi tempat cerita. Teman boleh memberi masukan. Yang jelas, apa yang dilakukan pacar, semua bisa dilakukan teman. Kemudian apa? Chemistry? Teman juga boleh saja membangun chemistry dengan temannya. Tidak melulu pacar. Karena sebenarnya pacar itu juga teman.

Apa? Teman tidak berhak melarang-larang atau mengatur? Jadi pacar berhak? Mudah, berikan saja hak yang sama untuk teman kita. Kalau cuma untuk mengistimewakan teman kan gampang. Lagipula hak itu kan cuma karangan kita saja. Intinya larangan dan aturan itu untuk kebaikan kita. A friend can do it.

Hubungan tanpa status? HTS? Kan sudah jelas statusnya teman. HTS cuma istilah. Istilah itu juga tidak jelas asal-usulnya.

Sudahlah, semua dalil pembenaran buat pacaran itu klise. Bukan berarti saya menganggap pacaran itu salah. Saya hanya sedang menunggu seseorang memberikan alasan yang tepat. I've been waiting for.. Meskipun hampir bisa dipastikan itu akan selalu tidak tepat bagi saya. Gimme one good reason!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok