"Sampean ini lebaran apa natalan, toh?" Tanya seorang rekan dengan serius, "Kok saya ndak pernah lihat sembahyang...?"
Begini, Kisanak. Sembahyang itu terdiri dari 2 kata. Sembah dan Hyang (Tuhan). Kita mau membicarakan ini di tatar syariat, makrifat, apa srimulat? Mesti sependapat-sepemahaman dulu sebelum berdiskusi. Supaya tidak jadi sambal bawang rasa terasi.
Ada kawan saya yang kemana-mana pakai peci, celana cingkrang di atas mata kaki, jenggot panjang. Orang bilang dia rajin sembahyang.
Juga ada yang pasang foto Yesus melulu di internet, kutip surat ini-surat itu jadi status. Orang bilang dia rajin sembahyang.
Konon, seorang Semar dalam tidurpun sedang sembahyang. Bahkan, sebuah pantai wisata bernama Kuta di Bali, yang pernah kebanjiran sampah itu ternyata tempat sembahyang pula.
Apakah Tuhan ada dimana-mana? Di jalan, di internet, di dalam tidur, di tempat wisata, di mana-mana. Jadi tidak perlu repot ke masjid, gereja, pura, wihara, atau yang lainnya. Bisa di mana saja.
Di pesawat sering ada wanita komat-kamit terutama saat turbulence. Sekali waktu saya ingin iseng mengageti, "Tuhan bersama kita!"
Seandainya sampean tidak pernah berjumpa dengan seseorang di suatu gereja, Kisanak, mungkin dia beribadah di gereja lain. Itu kalau kristiani. Kalau muslim tidak solat ke masjid, bisa saja dia berjamaah dengan keluarganya di rumah.
Bahkan ada yang diam-diam sembahyang di kamar. Sengaja supaya orang-orang sebelah yang menonton bola tidak sungkan. Sehingga teriakan dari jiwa supporternya lepas. "Gol...!"
Ada lho, yang kalau baca quran dikencang-kencangkan agar orang di sekitar tenang. Sudah begitu, bacanya lama. Ternyata baru belajar. Itu belum wiridnya. Semua dibaca. Mulai ayat kursi sampai salawat nariyah. Kalau perlu khataman 30 juz. Doanya dari surat waqiah sampai sapu jagad tak ada yang ketinggalan. Jadi orang satu RT tahu dia sembahyang.
Ya tidak apa-apa. Orang kan beda-beda. Lain ladang lain belalang. Kalaupun belalangnya sama di semua ladang, asal ada sumur di sana bolehlah kita menumpang mandi.
Beda mereka, beda saya, Kisanak.
Saya kalau berdoa memang singkat saja. Rasanya sungkan. Karena makin lama kian mendikte. Takut kurang ajar sama Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Warung Kopi Kothok