11 Juli 2013

Logika Matematika

Matematika berbeda dengan logika. Keduanya memang sering bersentuhan tetapi tidak sama. Lebih-lebih di kehidupan sosial. Baik yang diperantarai media atau tidak.

Ada contoh sederhana. Pihak A terikat kontrak dengan pihak B, yang mewajibkan A membayar 10 juta rupiah ke B tiap bulan. Matematikanya, 10 juta rupiah setara dengan 1000 dolar Amerika. Matematika ini logis. Tapi apakah pihak A dapat membayarkan kewajibannya dalam mata uang dolar Amerika senilai 1000? Secara matematika, pembayaran itu sah. Tetapi tidak secara logika. Logikanya, kewajiban A adalah membayar 10 juta rupiah, bukan 1000 dolar Amerika.

Saya bukan ingin menyampaikan bahwa matematika itu tidak logis, atau logika itu tidak matematis. Bukan. Tapi ternyata matematika tidak bisa mencari jalannya sendiri. Dia masih butuh logika buat sekedar menjadi rambu supaya tidak sesat.

Logikapun begitu. Tidak bisa berdiri sendiri. Harus didampingi emosi, religi, dan anak-bini. Iya, anggap saja logika itu suaminya.

Begitulah. Saya sedang tidak ingin berpanjang-lebar. Katanya, terlalu panjang kasihan Ibu-ibu. Terlalu lebar kasihan Bapak-bapak. Saya janji akan saya sambung lagi di postingan berikutnya. Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok