17 Agustus 2012

Selamat Pagi, Sore!

Selamat pagi, katamu. Padahal mungkin kita ini sudah sore. Aku heran kenapa kamu lebih suka menjadi pagi. Bukankah sudah lama kita mengibarkan keberengsekan? Lalu kamu bilang selamat pagi? Apakah kamu sepagi orok yang tak tahu cara berlari-bahkan melangkah-malah mengunyah? Duh Gusti, aku bersemedi.

Apalagi yang bisa kuganyang sekarang. Mereka juga sama, apa saja asal kenyang. Mungkin kalau batu bisa bikin kenyang pun diganyang juga. Siapa lagi yang bisa mendengar. Atau siapa yang mau. Mendengar itu perkara gampang, katamu, tapi wani piro. Setan, batinku.

Kita hidup di hutan. Dari dulu sampai sekarang. Rumah kita tetap rimba. Bedanya cuma soal pembagian peran. Dulu dibutuhkan tokoh konservatif, sekarang liberal-mungkin. Tapi dulu dan sekarang sebenarnya kan sama saja. Konservatif dan liberal selalu ada. Cara aktingnya saja yang agak beda. Jadi, beda casting saja. Dulu pakai keris, sekarang senapan. Laras panjang yang bisa didapat di pasar loak. Lho, itu kan kamu yang bilang. Aku cuma meneruskan. Kalau yang kuteruskan ternyata terlalu asin, kebanyakan bumbu, itu soal belakang. Biasanya juga begitu kan. Kalau tak ditambah-tambah bumbu mana laku. Kamu juga yang mengajariku. Jangan suka buru-buru menyalahkanku. Jangan belaga lupa, kamu yang banyak mengguruiku. 

Bersyukur matahari masih mau berbagi sinar. Rasanya berat sekali membuka mata. Entah ini sinar yang membawa benci atau cinta. Kenapa mata dan sinar matahari tak pernah mau bersahabat. Iya, tak pernah. Memangnya kapan pernah? Nah, kamu juga tak bisa kasih bukti. Kamu memang selalu penuh gombal. 

Matahari tanpa mata jadinya cuma hari. Jadi, mana mungkin bersinar tanpa mata. Melek saja susah begini. Pantaslah sudah kamu tak pernah bersinar. Merem kok hobi.

Burung-burung masih ada yang mau berkicau menyambutmu setiap hari. Tapi tak lama lagi kicaunya pun akan segera pergi. Juga karenamu. Akhirnya burungmu sendiri yang mengoceh. Burung yang kepalang bejat. Banyak maksiat. Kemudian kamu mengangkangi mereka yang tak tahu apa-apa. Kamu memang paling pintar berbagi dosa. 

Ya Tuhan, 17 Agustus 2012, pertanda apa ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok