01 Maret 2011

Hebat Bin Ajaib

Inilah Indonesia, berita apa saja bisa menjadi heboh luar biasa. Kunci utamanya satu, kelihaian pers meracik bumbu. Mau mengorbitkan penyanyi lipsing dengan video amatir, sampai sepasang artis yg masih tidak mempunyai keturunan meskipun telah mencoba gaya baru setiap malam, semua bisa. Tinggal gosok. Musikus bernama Ahmad Dhani pun jenggotnya benar-benar habis dibakar sampai plontos.

Ada dua kemungkinan yg bisa terjadi dari kondisi ini. Opini publik terbangun positif, atau opini publik terbangun negatif. Bisa karena cara media yg menyajikan sangat tendensius, atau tipikal publik itu sendiri. Masyarakat dengan intelektualitas menengah ke bawah cenderung menelan mentah-mentah sajian media. Tapi masyarakat dengan intelektualitas menengah ke atas bisa menyortir dan menyimpulkan sendiri tanpa doktrin tertentu. Jadi akan sangat gawat kalau sajian pers yg mempunyai "agenda" dinikmati masyarakat dengan intelektualitas menengah ke bawah.

Tapi hal ini juga bisa sangat menguntungkan -saat agenda itu positif. Pers akan berperan besar dalam menciptakan integritas nasional. Persoalan PSSI misalnya. Jelas sekali pers menginginkan kita membuka mata supaya sadar terhadap borok-borok PSSI. Al-hasil, MARI KEPALKAN TANGAN DAN TUNTUT REVOLUSI PSSI AGAR LEBIH BAIK! MERDEKA!

Semangat amat. Sebentar, masih atur napas. Hhhh.. Ya, sudah terdengar di seluruh sudut Negeri

PSSI bilang mereka takut mendapat sanksi FIFA kalau pemerintah melakukan intervensi. Nah, permasalahan yg sekarang dihadapi tidak cuma melibatkan masyarakat persepakbolaan, tapi sudah menyedot perhatian masyarakat bangsa. Negara Indonesia. FIFA bisa apa? Apa bisa mereka mengcover aspirasi masyarakat negara yg dikenal demokratis ini. Follow up apa yg ditawarkan. Sudah pasti linglung. Kalau yg bersuara masyarakat Indonesia, ya pemerintah Indonesia yg mengambil alih. Jangan sampai kedaulatan RI tumpul bagi organisasi/lembaga yg ada di dalamnya. Karena persoalannya sudah merambah ke masyarakat negara. Karena persoalannya tidak sesederhana politisasi persepakbolaan. Kalau PSSI mau menjadi milik FIFA sepenuhnya, ya sudah jangan meminta dana dari APBN, APBD, dan semacamnya. Kalau masih mau didanai, dengarkan yg mendanai. Dengarkan suara pemerintah yg digalang dari suara rakyat. Dana yg digunakan juga dana rakyat kan. Jangan mainkan uang rakyat.

Tak terasa masyarakat kita sudah sekritis ini. Atau bubarkan saja PSSI, kemudian bentuk organisasi baru untuk mewadahi persepakbolaan kita macam LPI. Bukankah memang ini yg diinginkan rakyat Indonesia?

Duh, pembicaraan dari mana ke mana ini tadi. Galau...galau...galau...gak konsen...dah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok