07 Agustus 2010

Pasar Malam Yang Terhormat

Lagi-lagi rakyat dibuat resah oleh isu nasional yang mengada-ada. Ironisnya isu itu datang dari anggota dewan yang katanya eksponen perwakilan rakyat. Perwakilan rakyat macam apa yang tindakannya banyak ditentang rakyat.

Kali ini Yang Terhormat mewacanakan tentang pembangunan rumah aspirasi. Setelah usulan dana aspirasi ditolak mentah-mentah. Jika wacana tersebut gol, maka APBN akan dibebani Rp 122 miliar pertahun hanya untuk rumah diskusi. Padahal belakangan gedung DPR disoroti karena dalam berbagai diskusi kerakyatan gedung tersebut tak ubahnya pasar malam. Tampak ramai, tapi kosong substansi. Kehadirannya palsu. Memang banyak sekali tanda tangan dalam daftar hadir, namun ketika kita tengok ke dalam bangunan itu, “sama sekali berbeda dengan kehadiran tanda tangan”. Beberapa saja yang berada di dalam gedung kura-kura, dan lebih menyedihkan ternyata tidak semua kepala serius berdiskusi. Benar-benar pasar malam, semua asik dengan kegiatan masing-masing tanpa ada kegiatan sentral. Mungkin ada yang sungguh-sungguh berdiskusi, tapi tidak cukup representative untuk dikatakan Perwakilan Rakyat.

Jika 1 gedung pusat tempat berkumpulnya Yang Terhormat untuk berdiskusi saja tidak banyak dihidupi, apa fungsi rumah aspirasi. Tepat sekali apa yang diungkapkan pakar komunikasi politik dari UI, Effendi Ghazali: Wakil rakyat memang sedang mengumpulkan modal awal untuk masa depannya sendiri dengan menjual terminology aspirasi.

Ingatlah, masih banyak pekerjaan rumah atas nama aspirasi rakyat yang sampai sekarang belum tuntas. Menciptakan skeptic masa, sepertinya memang hobi dewan yang terhormat.

2 komentar:

  1. "pasar malam"! ((: tapi sayangnya rakyat juga hatinya merasa ganjil ya dengan menambahkan "Yang Terhormat" haha ((:
    nice post!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita butuh digenapkan dong? Apa ayo yang menggenapkan? Ganjil tambah ganjil sama dengan genap. Berarti kita butuh satu keganjilan lagi :))

      Hapus

Warung Kopi Kothok