03 Februari 2015

Penting

"Kamu kalau mau mengenal saya secara utuh jangan cuma srawung sama keseharian saya saja, tapi baca juga blog saya. Kenali pikiran saya." Begitu cara saya mempromosikan blog sepi pengunjung ini. Membujuk (jika tak mau disebut mengemis) orang agar sudi buat sekedar meninggalkan jejak.

Demikian keras usaha saya meski cuma menuai hasil yang tak seberapa. Tak apa, masih ada pembaca setia. Juga ada banyak cara memaksa orang masuk ke sini. Biarpun cuma sekajap lalu ngacir tak pernah kembali.

Nothing to lose, Man, nothing to lose! (sambil sesenggukan di pojok kamar)

Sudah begitu kemarin berlagak ikut mendaftar Mojok Award. Semacam kompetisi menjadi blog terbaik versi sebuah situs. Bisa ditebak. Boro-boro menang, masuk 50 besar saja tidak. Pemilik blog ini mesti sadar diri. Oh itu saya.

Baiklah, wajar juga karena isi blog ini memang tidak keruan. Semua-mua diceritakan. Sudah mirip laki-laki dalam kencan pertama. Berasa menjadi orang paling penting sedunia. Padahal perempuan di hadapannya sudah lelah menahan lapar. Makannya sedikit. Maklum kencan perdana. Mesti terkesan anggun. Nanti pulang kencan, sampai kos dia masak mie instan.

Saya sendiri tidak mempersoalkan jika akhirnya blog ini berisi ocehan-ocehan tidak penting. Karena saya yakin, makin tidak penting sebuah obrolan maka makin intim hubungan yang terjalin.

Coba, apa di sini ada yang tiap pacaran melulu membicarakan tugas/materi kuliah/pekerjaan doang? Tidak ada. Awalnya saja bicara yang agak berat supaya terlihat pintar. Lama-lama yang dibahas malah seputar guru/dosen/atasan galak, sampai soal upil juga jadi perbincangan.

Jadi demikian intimlah hubungan saya dengan blog ini, maka isinya memang tak ada yang penting. Dafuq.

Tapi saya sadar, Kisanak, mengukur seberapa penting sebuah perkara tidak semudah itu. Perlu obyektivitas tinggi. Butuh rumus yang akurat. Atau setidaknya kesepakatan bersama.

Karena hal yang tidak penting bisa menjadi penting ketika antar pihak sepakat bahwa hal itu penting untuk dibicarakan saat itu. Bahkan jika kesepakatan itu tidak terucap atau tertulis di situ. Seperti soal upil, bisa menjadi penting untuk dibicarakan di waktu tertentu oleh orang tertentu. Begitu.

Tiba-tiba postingan ini menjadi sulit untuk dilanjutkan. Sudah, sudah!

Whatever, Kisanak, apapun. Sebut saja ini cakap-cakap hangat. Meski tak ada yang lebih hangat selain kencing di celana saat kehujanan. Ser!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok