Ini tentang rokok. You know, bisa
sangat panjang kalau bicara tentang batang itu. Batang tembakau. Seperti
hal pro-kontra lainnya yang juga bisa menghabiskan berjam-jam obrolan.
Tengoklah infotainment kita. Makin
kontroversial makin lama tayang menghiasi layar televisi. Coba saja hitung
sudah berapa kali Jupe memenuhi program tivi Indonesia akhir-akhir ini? Orang
besar memang begitu. Namanya yang besar, jangan berpikiran lain. Saya sedang
membicarakan keinginannya mencari donor sperma yang ternyata banyak ditentang.
Lho ini jadi panjang membicarakan
Jupe. Gawat. Padahal setahu saya, panjang-memanjangkan itu spesialisasi Mak
Erot. Bukan Jupe. Mungkin dia sudah terlanjur memenuhi otak lelaki dengan
kebesarannya.
Kembali soal rokok. Tetapi ini akan
pendek saja. Atau paling tidak, saya usahakan tidak terlalu panjang.
Begini. Saya bukan perokok, meski
dulu pernah coba-coba ikut hisap sekali dua kali. Biar dibilang gaul, trendy,
dan masa kini. Kalau akhirnya saya berhenti mencoba itu bukan karena dengan
merokok saya tidak merasa gaul, trendy, dan masa kini. Lebih soal bakat. Saya
tidak berbakat merokok, dan tidak perlu dilatih supaya mahir.
Sering kali teman-teman mengatakan,
lebih baik menjadi perokok aktif daripada perokok pasif. Katanya, perokok pasif
lebih berbahaya.
Pertama, sebenarnya saya tidak
sepakat dengan istilah perokok pasif. Kenapa orang yang tidak merokok disebut
perokok? Rasanya aneh kalau menyebut saksi perampokan dengan perampok pasif.
Atau menyebut korban pencabulan dengan pencabul pasif?
Oke, memang beda kasus. Maksud saya
begini, ... Nganu ... Ah sudahlah, sepakat sebut saja perokok pasif biar mudah.
Go ahead.
Kedua, saya setuju kalau asap yang
terhisap perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif. Karena asap yang
terhisap perokok pasif itu bekas perokok aktif. Ibaratnya asap rokok sebelum
dihisap itu (maaf) sampah, setelah keluar dari perokok aktif jadi makin sampah.
Katakanlah kadar sampah asap rokok
sebelum dihisap perokok aktif itu 1. Kemudian setelah dihisap dan dikeluarkan
perokok aktif kadar sampahnya menjadi 2. Angka 2 inilah yang dikatakan lebih
berbahaya jika terhisap oleh perokok pasif.
Tetapi jika saya (dengan sangat
terpaksa) menjadi perokok pasif (yaitu ada 2 angka sampah terhisap oleh saya)
lalu saya merokok aktif, apakah kadar sampah yang masuk ke tubuh saya menjadi
1? Jelas tidak. Jawabannya 3!
Jadi lebih beresiko mana?
Singkatnya, dengan merokok aktif
tidak serta merta menghilangkan resiko sebagai perokok pasif. Seseorang menjadi
perokok pasif karena ada orang lain yang merokok di dekatnya. Kalau kemudian
dia ikut merokok aktif... Well, paham yang saya maksud? Biasanya perokok aktif
itu juga sekaligus perokok pasif.
Sungguh menyakitkan jika dikatakan menjadi perokok pasif lebih berbahaya. Sakitnya tuh di sini! Melogika mestinya
secara utuh. Jangan setengah-setengah. Jatuhnya bisa jadi semacam kemalasan
berpikir. Barangkali benar kata Mc Cleland, "Human being is a lazy
organism."
Astaga, ternyata tidak cukup
pendek. Ya sudah lah. Ini pasti gara-gara Jupe Sang Pemanjang Pasif. Eh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Warung Kopi Kothok