19 Oktober 2010

Tembalang Padat

Aktivitas perkuliahan semester ini baru saja dimulai. Hampir serentak oleh seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia. Membuat banyak orang beramai-ramai memadati area kampus.

Saya menyororti daerah Tembalang-Semarang, karena saya mahasiswa Politeknik Negeri Semarang yg lokasinya di Tembalang. Di sini ada beberapa kampus; Universitas Diponegoro, Politeknik Negeri Semarang, Politeknik Kesehatan Semarang, dst.

Seperti area kampus lain, Tembalang mulai padat kendaraan. Tapi ada sesuatu yg sangat berbeda hari ini. Kepadatan lalu lintasnya nyaris tak terampuni (pada jam-jam tertentu). Tahun lalu, pada jam-jam biasa lalu lintas di Tembalang sangat lancar. Hari ini, pada jam biasa saja terlihat semrawut. Apalagi pada jam sibuk, kemacetan bisa sampai ratusan meter. Sangat panjang untuk ukuran Tembalang yg hanya memiliki jalan raya beberapa kilometer saja.

Tahun lalu, dari Jalan Baskoro Raya menuju Tirtoagung hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit. Beberapa hari yg lalu, saya harus bersabar terlibat dalam kemacetan sampai setengah jam lebih. Bayangkan, untuk jarak yg tidak lebih dari 500 meter saja harus berada di tengah deru kendaraan-kendaraan besi 3x lebih lama dari yg dibutuhkan pada kondisi normal. Mobil-mobil antre menunggu giliran untuk mendapat peluang menggerakkan roda. Semua linglung dan tidak berkutik. Kikuk. Belum lagi ketegangan yg sering tercipta akibat senggolan antar kendaraan.

Biar saya pertegas, kemacetan dari Jalan Baskoro Raya menuju Tirtoagung saya alami sendiri, dan dengan mengendarai sepeda motor. Bisa dibayangkan berapa lama jika mengendarai mobil. Berapa jam untuk menuju daerah Ngesrep.

Mulai semester ini Undip memindahkan beberapa fakultas yg dulu berada di Peleburan ke Tembalang (kabarnya, hampir seluruhnya akan dipindahkan ke Tembalang). Apapun alasannya, tidak diragukan, inilah yg paling layak dituding penyebab kepadatan Tembalang, utamanya kepadatan lalu lintas. Pasalnya, sebelum pemindahan ini, kemacetan lalu lintas di Tembalang langka dijumpai. Barangkali hanya 2x dalam setahun. Sekarang, hampir setiap hari selalu dapat ditemui antrean panjang kendaraan. Kemacetan ini tentu saja disebabkan kenaikan volume kendaraan di Tembalang.

Jika kepadatannya disebabkan pemindahan Undip, lalu apa penyebab kemacetannya? Apakah karena Undip tidak memperhitungkan daya tampung infrastruktur Tembalang yg sempit ini? Bayangkan, jika 1 kelas Undip terdapat 1 saja mahasiswa yg membawa mobil ke kampus, ada berapa ratus mobil yg siap memacetkan Tembalang.

Atau Pemkot kurang memperhatikan pertumbuhan di Tembalang? Tidak ada rambu lalu lintas (lampu) hampir di seluruh persimpangan jalan. Mungkin kemacetan ini dianggap masih wajar.

Mungkinkah polisi yg kurang sigap? Untuk yg ini saya rasa bukan lagi pertanyaan yg tepat. Karena belakangan personil polisi sudah ditempatkan di beberapa persimpangan untuk mengatur lalu lintas.

Apa yg bisa diperbuat sipil seperti saya kalau bukan mengeluh. Mudah-mudahan Tembalang segera sehat. Kalau masih harus macet, itu pasti karena volume kendaraannya memang terlampau padat.

2 komentar:

  1. program car free day mesti juga diterapkan di tembalang, pembatasan kendaraan (bermotor) bagi mahasiswa/i , terutama pengguna kendaraan besar (mobil) harus segera diregulasikan, pembangunan kantong-kantong parkir terpadu... o ya bisa juga mencontoh kota bandung yang menerapkan city walk..

    BalasHapus

Warung Kopi Kothok