16 September 2017

Menikah

Menikahlah, katanya, diikuti 1001 dalil dan nasihat tentang keutamaannya. Untung saja buku nikah tidak diperjualbelikan. Jika saja komersial saya pasti menyangka dia salesman di sebuah percetakan.


Beberapa bulan yang lalu saya meminang kekasih. Akhirnya saya tahu apa rasanya menjadi suami dan memiliki isteri. Kalimat sebelum ini penting untuk ditekankan: menjadi suami dan memiliki isteri.


Jadi, beginilah rasanya menyandang gelar kepala rumah tangga. Gelar ini mesti saya terima demi kepatutan di tengah tradisi patriarki. Meski demikian saya belum tertarik untuk memperpanjang daftar pengalaman pada CV dengan gelar baru itu. Entah nanti.


Beberapa bulan menjalani pernikahan, saya rasakan nasihat handai tolan nan bijak bestari itu tak semudah kedengarannya. Mereka bilang menikah akan membuat hidup lebih indah dan hari-hari semakin manis. Ada benarnya, tapi tak seluruhnya demikian.


Barangkali mereka lupa menyampaikan bahwa isteri yang sedang datang bulan itu lebih mengerikan ketimbang melawan arah di jalan raya. Sebentar tertawa, tak lama menangis. Bayangkan saja, saya yang telah bersiap dengan hidup-lebih-indah dan hari-yang-manis ini kikuk menghadapi isteri yang menstruasi. Seketika kepercayaan diri saya runtuh. Teori ini tak saya dapatkan sewaktu mereka mendesak untuk segera berkeluarga.


Itu baru satu contoh. Belum lagi soal drama Korea. Betapa sulitnya menginterupsi isteri yang sedang khusyuk menyimak akting para rupawan dari negeri ginseng tersebut. Jangankan saya, setan mau ndulit pun mikir-mikir.


Banyak lagi yang lainnya. Menjadi ahli tabung gas dadakan, menjadi arsitek sekaligus tukang, belajar menawar di pasar, naik motor sambil membawa tivi 50 inci, menenteng meja lipat dan jemuran baju seberat 20 kilogram dari lantai 6 mal ke parkiran di lantai dasar, bla-bla-bla.


Hikmahnya, skill saya kini meningkat.


Bukan berarti saya menganjurkan untuk menunda menikah. Saya hanya memperingatkan agar menyiapkan mental. Selama apapun mengenalnya waktu pacaran, itu belum semuanya. Masih ada kejutan setelah menjadi isteri nanti.


Beruntung kalau mendapat yang seperti isteri saya. Orangnya baik, sabar, dan pengertian.


*angkat galon*

1 komentar:

  1. skill meningkat, termasuk skill tawar menawar di pasar ya Pak Cep?

    BalasHapus

Warung Kopi Kothok