12 Desember 2015

Hujan

Postingan di bulan Desember begini mestinya panjang lebar. Mengingat ada sebelas bulan berlalu yang patut dievaluasi. Barulah dapat diperas menjadi sebuah atau dua buah atau lebih resolusi. Resolusi mental.

Sebelum melanjutkan mari dengar lagu Efek Rumah Kaca ini, "Sehabis hujan di bulan Desember..."

(Itu baca, bukan dengar!)

Bulan yang basah, kanan (right)? Sebasah korporasi-besar-pengeksploitasi-alam-Papua bagi pejabat yang gajinya dibiayai pembayar pajak itu. Karena di lahan basah maka ia minta jatah. Main air.

Apakah drama politik di negeri ini tak lebih melelahkan ketimbang sinetron atau FTV? Saya tanya. Politisi kita (kita?) memang punya rasa humor yang baik. Sekarang, apa kita sudah boleh menjadi golput?

APBN kita banyak dihamburkan untuk perkara yang sia-sia. Termasuk di antaranya untuk membiayai perbaikan aspal yang rusak akibat terbentur kepala pengendara motor tak pakai helm. Sayang.

Desember bukan akhir. Ia meneteskan air yang menghidupi hari-hari berikutnya. Ada kawan yang bergembira sebab rumput tak lagi langka. Pakan sapinya kini berlimpah. Dan, hujan di bulan Desember akan terus menyirami tunas-tunas lainnya.

Akhir tahun ini, menyambut tahun yang baru, saya akan melihat bajaj lagi. Di Jakarta, kota yang sumpek itu. Ya. Still not real sure what I am going to do. Tapi, siapa tahu ini menumbuhkan tunas baru. Menghidupi hari-hari berikutnya. Ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok