15 November 2015

Paris

"When your feet danced with such intense anger, Paris! When you knew so many cuts of the knife…" Tulis Arthur Rimbaud.

Kabarnya kekerasan di Paris sudah dimulai sejak lama. Jauh sebelum radikalis umat agama masuk ke Perancis. Jauh sebelum serangan 13 November 2015 terjadi, yang akhirnya ISIS mengklaim itu sebagai ulahnya.

Tak mengejutkan tapi menyesakkan tahu bahwa ada saja orang yang bersuka cita atas tragedi itu. Bagaimana mungkin manusia bersorak gembira menyaksikan tragedi kemanusiaan yang demikian keji?

Bahwa ada tragedi yang lebih keji dari itu, ya, kita seharusnya tak abai pada kemanusiaan di manapun tempatnya. Lebanon, Suriah, Palestina, semuanya. Tapi kekejian di satu tempat tak lantas dapat dimaklumi ketika ada kekejian di tempat lain yang lebih menjijikkan.

ISIS mengklaim serangan Paris. Banyak umat Islam yang kemudian menyangkal ISIS sebagai bagian dari Islam. Meskipun semua tahu bahwa pengikut ISIS mengucap syahadat, solat 5 waktu, dan seterusnya. Bahkan legitimasi kekerasan mereka adalah teks Quran yang sama, seperti biasa.

Cara paling mudah bagi seorang muslim-non-simpatisan-ISIS untuk cuci tangan adalah dengan mengangsurkan teori konspirasi. Amerika, Yahudi, Zionis, dan kawan-kawannya dicatut. Ada juga yang melekatkan asal-usul ISIS pada syiah atau wahabi. Jujur saja menanggapi cara pikir ini cukup melelahkan.

Namun ada juga muslim yang menganggap ISIS merupakan penyakit Islam. Artinya ISIS diakui berangkat dari Islam, yang harus disembuhkan atau lebih jauh lagi-malah diamputasi.

Seperti saya tulis di atas, ISIS memenuhi kriteria dasar untuk dapat disebut Islam. Bahkan segala tindakannya benar-benar didasarkan pada ayat Quran.

Ya, harus diakui terdapat banyak skrip dalam kitab suci itu yang bisa ditafsirkan sedemikian rupa untuk mendukung aksi teror. Meski banyak muslim memilih menafsirkan dengan cara lain. Memang corak penafsiran Islam beragam.

Tapi apapun agamanya, siapapun penafsirnya, kita wajib menentang kekerasan bagaimanapun bentuknya. Teror adalah musuh bagi kemanusiaan.

"Imagine all the people living life in peace..." Nyanyi John Lennon dalam Imagine.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok