05 April 2015

Air

Kita sedang berada di zaman yang amat runyam. Arus informasi mengalir begitu deras. -- Tidak peduli apakah dari sungai Ciliwung, Nil, atau Mississippi. Kalau dimensi sungai tak mampu lagi menampung debit air maka meluap. Ke pemukiman, jalan, dan mana saja yang mungkin.

Akibatnya bukan cuma lantai kotor karena lumpur naik. Lebih parah lagi, ada potensi aliran liar listrik. Orang tewas tersetrum, hanyut, longsor, dan sebagainya. Lalu kita mulai mengomel tentang tata ruang kota, bla-bla-bla. Ya. Pelan-pelan dicari solusi. Dengan (maaf) tumbal banyak kejadian buruk tadi.

Informasi juga sama dengan air; awalnya tersedia saluran yang cukup. Kali, kanal, sodetan, gorong-gorong, dan lainnya. Semua dikendalikan dan ditata. Kalaupun ada luberan tak seberapa. Itu pasti kasus kecil dan langka.

Namun suatu saat terjadi anomali. Bendungan jebol, curah hujan tinggi, dan saluran yang awalnya didesain untuk mengatur arah aliran tak lagi memadai. Sebagian orang mulai bingung. Meski sebagian lagi berpesta merayakan apa-apa yang bisa didapatkan dari sana.

Saya hanya ingin menggambarkan betapa arus informasi (di internet utamanya) hari ini perlu mendapat perhatian. Apa yang telah dilepas di internet bisa diakses oleh siapa saja. Jadi saya setuju bahwa tak ada yang rahasia atau privat di sini. Dengan kata lain, bahkan anak sekolah menengah dapat dengan mudah membuka situs lendir. Apa tidak cukup membuat khawatir?

Air memang bermanfaat bagi manusia. Banjir juga hanya terjadi kalau kita salah mengelola. Pun internet. Pertanyaannya, apakah kita memang benar-benar sudah mampu mengelola? Sebelum berubah jadi malapetaka.

Soal air, saya ada ada pengalaman menyebalkan di bandara. Delay 4 jam gara-gara hujan lebat. Serasa seluruh air dari langit tumpah di tanah Jogja. Saya curiga mercusuar pengawas di luar sana sampai kisut kedinginan. Ingin mengamuk tapi urung.

Sebab, pesawat yang delay karena cuaca buruk sama tak-terbantah-nya dengan perempuan yang sedang menstruasi. Lebih baik diamkan saja.

Tapi, jika ada air yang menyebalkan tak lantas air lain tak boleh digunakan. Ya, nanti kita cebok pakai apa? Dan, kalau ada yang menggunakan internet untuk memasarkan narkoba tak lantas internet jadi haram. Analogi ini sungguh "maksa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok