Banyak orang sudah tahu jika melakukan sesuatu akan berakibat buruk (bahkan pada dirinya sendiri), tapi tetap melakukan hal itu. Tanya kenapa?
Ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Mungkin. Atau saya yang salah. Barangkali karena belakangan terlalu banyak mendengar carut-marut UN (Ujian Nasional) yang amburadul, semua orang jadi mudah menyalahkan. Termasuk saya. Maaf.
Orang Indonesia percaya bahwa penyakit datangnya dari Tuhan, kesembuhan-pun demikian. Maka mereka berdoa sebelum menghisap rokok supaya terhindar dari kanker, impotensi, serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin, bla-bla-bla seperti tertera pada bungkus rokok itu sendiri.
Yang terbaru malah, "Merokok membunuhmu!"
"Mana buktinya? Aku ngerokok sehari 3 bungkus, sehat-sehat aja. Malah si Basiyo yang bukan perokok mati duluan." Katanya sambil menyalakan batang pertama.
Ceritanya, Basiyo (temannya) tewas karena kecelakaan lalu lintas. Waktu itu Basiyo ditabrak truk yang sopirnya batuk-batuk tersedak asap rokok. Truknya oleng, lalu menyeruduk Basiyo yang sedang mengayuh sepeda butut sepulang dari acara Car Free Day.
"Tuh, kan, merokok bukan membunuhmu, tapi orang lain. Makanya ngerokok aja!" Lanjutnya menyiapkan batang ke dua.
Whatever. Sebetulnya, ada pesan sederhana dari para non-perokok. Boleh saja orang merokok, tapi jangan seret non-perokok terkena dampaknya. Begitulah kira-kira.
Meminjam istilah Sujiwo Tejo-tapi dengan maksud lain, bahwa kita (atau bukan kita) terlatih menjadi manusia jangka pendek. Yang penting sekarang happy, masa depan urusan nanti. Karena Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Serupa dengan orang yang berdoa dulu sebelum 'jajan' agar tidak terkena penyakit kelamin. Yang penting sekarang enak, buntutnya dipikir besok kalau tiba. Orang macam ini layak dikebiri.
"Lha wong urip iki mung mampir ngombe. Hidup ini singkat saja. Yang penting senang sekarang. Daripada belum sempat senang mati duluan. Ndak usah terlalu mikir panjang. Belum tentu umur juga panjang. Ya, toh!" Tutupnya sambil menghisap batang ke 5.
Kesimpulannya apa? Karena ini bukan karya ilmiah, saya rasa tidak perlu disimpulkan. Sekian. Jangan mempermainkan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Warung Kopi Kothok