16 April 2016

Sendirian

“Don’t think you can frighten me by telling me that I am alone... God is alone... the loneliness of God is His strength.” Sebuah lakon dalam Saint Joan karya George Bernard Shaw.

Jomblowan-jomblowati boleh bertepuk sebelah tangan telah membaca kutipan kece di atas. Silakan! Tapi jangan terlalu girang, ini bukan pledoi atas konten bully terhadap kaum kesepian.

Sebenarnya tak semua jomblo melewati hari-hari yang sepi meski sendiri. 'Sepi' memang tak sama dengan 'sendiri' meski mudah menyertai. Kesepian dan sendirian adalah 2 hal yang berbeda. Berangkat dari situ saya hendak menggugat sepenggal naskah Saint Joan di atas. Ahelah.

Dalam bahasa Indonesia, “Jangan pikir kau dapat menakutiku dengan mengatakan padaku bahwa aku sendirian... Tuhan sendirian... kesepian (loneliness) Tuhan adalah kekuatan-Nya.”

Kita simpulkan saja, menurut Joan (bukan Bernard Shaw), Tuhan sendirian dan-lalu Tuhan kesepian. Padahal sendirian tak sama-dan-sebangun (kongruen) dengan kesepian. Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan kesepian dalam kesendirian-Nya?

Mudah ditebak, Bernard Shaw memilih kata “loneliness” karena sebelumnya terdapat kata “alone”. God is alone... the loneliness of God...Enak didengar. Mengandung rima yang catchy. Catchy Perry.

Seni seringkali membutuhkan itu. Namun saya tak sepakat jika “loneliness” digunakan untuk mewakili ke-Esa-an Tuhan. God is the one and only, but He is not lonely. Tolong koreksi bila saya silap di sini.

Andai Bernard Shaw menemukan kata yang lebih tegas dan sepadan dengan kesendirian, bukan "loneliness" yang multitafsir dan bisa diartikan kesepian.

Tapi jangan salah paham, itu bukan pendapat Bernard Shaw. Bahwa Saint Joan karya Bernard Shaw, ya, memang. Tapi pendapat tokohnya bukan berarti pendapat penulisnya.

Sama halnya dalam “Ada Apa dengan Cinta (AADC)” pendapat Rangga bukan berarti pendapat Rudi Soedjarwo sang sutradara, bukan juga pendapat Mira Lesmana atau Riri Riza yang punya ide cerita.

Tokoh cerita boleh jadi dipengaruhi orang di baliknya. Tetapi ketika karya itu selesai, ia berdiri sendiri.

Terlebih kalau kita ingat bahwa Saint Joan merupakan interpretasi kehidupan wanita pejuang asal Perancis yang dikenal Joan of Arc. Tentu saja dalam menampilkan sosok Joan, Bernard banyak dipengaruhi catatan sebelumnya (kalau tak boleh disebut sejarah). Maka Bernard semakin jauh dengan Joan bahkan dalam karyanya sendiri.

Orang lain mungkin menafsirkan “loneliness” dalam naskah di atas sebagai “kesendirian”. Tapi saya takkan mengutuk dan mendosakan hanya karena berbeda. Belum tentu mereka ahli neraka hanya karena tak sama dengan saya. Lagipula, tak enak di surga sendirian.