03 Mei 2016

Fix You

"When you try your best but you don't succeed"

Coldplay mengawali lagu itu sedikit murung. Kemurungan yang tak sepenuhnya miliknya.

Ia berbicara dengan kata ganti orang pertama, "I" (aku). Menggambarkan posisi sulit orang ke dua, "you" (kamu). Kemurungan yang menular pada "I" (aku) berasal dari kesulitan "you" (kamu).

"When you feel so tired but you can't sleep"

Menurut referensi lagu itu ditulis oleh vokalis Coldplay untuk sang isteri yang kehilangan Ayahnya. Chris said that it was written for his wife Gwyn after her father passed away.

Tapi toh seperti karya lainnya, ia bisa ditarik masuk ke dalam cerita semua orang. Tak terbatas dari mana dia berasal. Saya setuju, this song could be interpreted in many ways.

Seorang anak umur 10 tahun, waktu itu menceritakan tekanan yang dialaminya. Ayahnya pemabuk. Tiap kali dia minum, terjadi pertengkaran dengan isterinya, Ibu anak tadi. Akunya, "I cry whenever I hear this song."

Anak itu murung melihat Ibunya, atau Ayahnya, atau kedua orang tuanya. Ia murung bukan karena yang lain murung. Ia murung melihat masalah di hadapannya.

"Stuck in reverse"

Anak itu bukan satu-satunya. Kita mungkin saja ada di sana. Bertemu persoalan yang belum pernah terbayangkan, tak yakin punya kuasa menyelesaikan. Tapi apa salahnya mencoba.

"If you never try you'll never know"

Dimulai dari "you" (kamu), menemukan cahaya yang akan menuntunmu pulang, repetisi Coldplay dalam referansi lagu itu. Dan "you" (kamu) tak sendirian.

"I will try to fix you"

02 Mei 2016

Menyembuhkan

"Mari kita diskusikan permasalahan bangsa!"

Saya pernah ada di grup FB dengan tagline seangker itu. Ndakik tenan.

Dulu memang menjadi bagian dari sebuah forum nasional yang isinya mahasiswa se-Indonesia. Mahasiswi juga tentu saja. Kalau tak ada mahasiswi saya tak mungkin di sana.

Sempat ikut nimbrung di Surabaya, Semarang, Salatiga, dan Jogja untuk sekadar sharing. Lumayan jadi punya kawan dari Sabang sampai Merauke - ini supaya kece saja; sebenarnya tak sebanyak itu.

Pokoknya mah keren pisanlah, mendiskusikan permasalahan bangsa.

Sekarang ini beda lagi. Jangankan "mengurusi" negara, persoalan sendiri saja bisa bikin kewalahan. Padahal gemar berceramah. Seolah semua masalah punya solusi mudah. Giliran menghadapi kikuk juga.

Menasihati itu gampang sebab tak ditujukan pada diri sendiri, kira-kira begitu kata seseorang, sebut saja Tuan Wahai. Kini saya tahu persis itu benar. Wahai.

Tapi syukur juga punya rasa humor yang lumayan. Masalah sendiri saja bisa saya tertawakan. I laugh therefore I am (after - corgito ergo sum, Descartes).

Sampai di sini sulit menyangkal kebaikan hati orang-orang yang bersedia membantu orang lain menyembuhkan diri. Komedian yang mengajak tertawa, tak peduli apakah dia sedang ingin tertawa atau tidak. Motivator yang entah apa motivasinya. Musisi, penulis, terapis, escort... Eh, maaf, maaf.

Semoga dilimpahkan berkat atas kemuliaan beliau sekalian.

Kalaupun ada yang tak cukup terbantu oleh mereka, waktu yang akan menyembuhkan. Time heals.

Akhiru kalam wa bilahi taufiq wal hidayah, wa rido wal inayah, wa Siti Badriyah, wal Fahri Hamzah, halah... Mari kita diskusikan permasalahan bangsa!