06 Juli 2016

Terorisme

Lebaran lagi. Jika lebaran memiliki kata dasar "lebar", dalam bahasa Jawa berarti akhir, maka lebaran adalah pengakhiran. Akhir dari puasa Ramadan selama sebulan.

Sebelum Ramadan tahun ini berakhir, ada bom meledak di sejumlah tempat. Yang cukup mengejutkan bom di Madinah, dekat masjid Nabawi. Di sana terdapat makam Nabi Muhammad dan para sahabat.

Sebagian besar orang sepakat, menganggap ledakan-ledakan itu ulah kelompok ISIS. Terlebih setelah kelompok tersebut mengklaim serangan itu oleh mereka. Majelis Ulama di Saudi menyatakan bahwa pelaku adalah bagian dari kelompok Khawarij.

Kemudian kalimat ini populer kembali; terrorism has no religion. Ya, tapi bagaimana dengan sang teroris? Apakah beragama? 

Adnan ‘Ar’ur, seorang dai yang sangat populer di Saudi, mengatakan bahwa 99,9% anggota ISIS adalah muslim, ikhlas, dan jujur.

Kalau tak silap istilah “terrorism has no religion” populer pertama kali saat kejadian 9/11 di US. Kurang lebih mengandung pesan; terorisme tidak terdapat dalam ajaran agama manapun. Tak di Islam, tak di Yahudi, tak di Kristen, tak di Hindu, tak di Buddha, tak di mana-mana.

Tapi teror oleh pemeluk agama terjadi di seluruh dunia. Oleh ekstremis Hindu di India, oleh ekstremis Buddha di Myanmar, oleh ekstremis Islam di Timur Tengah, dan sebagainya. Ternyata teroris bisa beragama, meski terorisme tak diajarkan dalam agama.

Pada awal abad 20 kelompok Wahabi ingin menghancurkan makam Nabi, di Nabawi. Sejak dulu mereka memang menentang simbol-simbol pasca Nabi. Sampai kini benih ini bertebaran di sekitar kita. Mereka mudah menuduh bid’ah, mengkafirkan, menentang ziarah kubur, menentang peringatan maulid Nabi, mengutuk kelompok yang berbeda dengan mereka, dan seterusnya.

Jika pola ISIS menyerang masjid Nabawi sama dengan yang dilakukan kelompok Wahabi, maka umat muslim kini perlu mawas diri. Kapan harus berhenti menggunakan cara-cara ini.

Jika terorisme tidak beragama, maka yang kita lawan bukan agama yang dianut pelakunya (teroris) melainkan perilakunya. Jika ada anggota DPR korupsi, yang kita hukum pelakunya, kita lawan perilakunya bukan institusinya.

Jadi umat Islam tak perlu kebakaran jenggot hanya karena pelaku bom bunuh diri itu juga muslim.

Selamat Idul Fitri. Semoga kita senantiasa menjadi manusia yang saling mengasihi. Mari akhiri rasa benci yang tersisa di hati kita.

Saya sambung ke postingan berikutnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Kopi Kothok