21 Maret 2015

Tinggi

Agak rikuh buat sekedar membuat postingan di blog sendiri. Pasalnya sudah berkomitmen untuk menyelesaikan paling sedikit 1 judul dalam 1 bulan. Tapi sampai minggu ketiga begini tak kunjung dapat ilham. Walhasil jadilah tulisan asal-asalan. Biasanya juga begitu.

Maunya supaya lebih produktif. Karena sebagai musisi (kus) amatir, saya sudah gagal. Belum sempat menelurkan satupun lagu yang layak putar. Lalu bagaimana mungkin bisa mengerami apalagi menetaskan. Bahkan kalah dengan SBY yang berhasil merilis 4 album dalam 10 tahun belakangan.

Saya tahu sampean belum pernah dengar salah satu lagunya. Tapi tidak usah dibahas di sini, Kisanak.

Jadi itulah mengapa saya banting setir. Dari gagal bercinta bermusik, kini mencoba peruntungan di dunia persilatan kepenulisan. Meski sama-sama amatir. Sami mawon.

Saya memang diajari agar berani bermimpi tinggi. Setinggi burung layang-layang dalam lagu Joan Baez, "Winging swiftly through the sky..."

Tapi kan tidak punya sayap? Siapa bilang tinggi berarti butuh sayap. Sama halnya dengan bersayap tak melulu buat terbang. Beberapa sayap malah cuma digunakan untuk menyerap lebih banyak, supaya tidak tembus, dan melindungi sepanjang malam.

Apa tidak takut jatuh kalau bermimpi terlalu tinggi? Supaya tidak jatuh, tidurnya agak ke tengah. Yang penting tidak jadi anak sapi, "Easily bound and slaughtered..." Kata Joan Baez lagi.

Maka merugilah mereka yang enggan bermimpi basah tinggi. Sesungguhnya bermimpi itu gratis. Tidak dipungut biaya, apalagi dikenai pajak. Karena barangsiapa menyerupai seekor sapi, maka ia adalah sapi itu sendiri. #SaveBigot

Dan saya takkan ragu untuk terus terbang tinggi, "Like the swallow so proud and free..."

Thanks, Joan Baez.