26 Mei 2014

Akal

Bolehlah saya menduga bahwa manusia adalah makhluk yang paling banyak menderita, jika dibandingkan makhluk lain.

Tidak percaya? Coba, makhluk apa yang lebih menderita ketimbang manusia? Setan? Memangnya situ pernah mewawancara setan? Paling-paling kalau ketemu sudah ngiprit duluan sebelum disapa. Boro-boro wawancara.

Yang paling sederhana saja, ambillah contoh binatang. Saya tidak percaya binatang lebih banyak menderita daripada manusia. Buktinya binatang jadi buas, beringas, kebingungan, cuma karena satu hal: lapar. Setelah dapat makan, kenyang, ya sudah. Mereka akan melanjutkan kegiatan yang lain yaitu tidur atau kawin. Kan tidak menderita. Kita saja kalau sudah tidur atau kawin, bahagianya bukan main.

Itu binatang. Berbeda dengan manusia yang meski sudah kenyang tetap liar. Meski sudah kawin masih kurang bahagia. Makanya main madu. Kalau tidak dapat restu, kawin lari. Atau diam-diam nikah siri. Yang tidak mau repot, jajan. Lebih baik beli sate daripada pelihara kambing, katanya.

Mending mana, kelakuan binatang apa manusia? Sebelas dua belas?

Lho, lho, beda satu angka. Kelakuan manusia dekat sekali dengan kelakuan binatang. Benarkah manusia adalah binatang yang berakal? Jadi beda satu angka ya akal itu. Selebihnya sama.

Sekarang apa manusia boleh lega karena memiliki perbedaan dengan binatang, yaitu akal?

Jangan buru-buru. Akal ini justru sering merepotkan. Yang membuat manusia lebih banyak menderita.

Karena berakal, Paijo tahu Honda Jazz lebih cantik dibanding Honda Beat miliknya. Mulailah dia memutar otak buat mendapatkan mobil cantik itu. Hutang, kredit, atau apapun. Jika tetap tidak dapat, menderitalah dia.

@UntoldSecrets: People spend money they don't have, to buy things they don't need, to impress people they don't even like.

Jadi, berakal saja tidak cukup. Tetapi juga harus sehat. Akal sehat itu mahal. Dalam ilmu Fiqh (Islam) saja, hukum fardlu (kewajiban) banyak dilekatkan pada Mukalaf. Mukalaf adalah orang yang baligh (dewasa) dan berakal sehat.

Artinya, memang ada harga mahal yang harus dibayar orang-orang berakal sehat. Tapi akan jadi jauh lebih mahal bagi orang-orang berakal sakit.

Saya tidak menggurui. Ini kan cuma dugaan. Yang sebenarnya, saya sedang menderita memikirkan twit ini:

@infoLengkap: Pumbaa dari film The Lion King adalah karakter pertama yang kentut dalam film produksi Disney.

Kenapa ada info selengkap ini. Duh, Gusti, akan saya apakan info seperti ini? Apa saya harus mengusulkan supaya dimasukkan ensiklopedi? Hhh...

Life is suffering, kata Buddha. Siapa bilang bahagia itu sederhana?

06 Mei 2014

Pendek

Banyak orang sudah tahu jika melakukan sesuatu akan berakibat buruk (bahkan pada dirinya sendiri), tapi tetap melakukan hal itu. Tanya kenapa?

Ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Mungkin. Atau saya yang salah. Barangkali karena belakangan terlalu banyak mendengar carut-marut UN (Ujian Nasional) yang amburadul, semua orang jadi mudah menyalahkan. Termasuk saya. Maaf.

Orang Indonesia percaya bahwa penyakit datangnya dari Tuhan, kesembuhan-pun demikian. Maka mereka berdoa sebelum menghisap rokok supaya terhindar dari kanker, impotensi, serangan jantung, gangguan kehamilan dan janin, bla-bla-bla seperti tertera pada bungkus rokok itu sendiri.

Yang terbaru malah, "Merokok membunuhmu!"

"Mana buktinya? Aku ngerokok sehari 3 bungkus, sehat-sehat aja. Malah si Basiyo yang bukan perokok mati duluan." Katanya sambil menyalakan batang pertama.

Ceritanya, Basiyo (temannya) tewas karena kecelakaan lalu lintas. Waktu itu Basiyo ditabrak truk yang sopirnya batuk-batuk tersedak asap rokok. Truknya oleng, lalu menyeruduk Basiyo yang sedang mengayuh sepeda butut sepulang dari acara Car Free Day.

"Tuh, kan, merokok bukan membunuhmu, tapi orang lain. Makanya ngerokok aja!" Lanjutnya menyiapkan batang ke dua.

Whatever. Sebetulnya, ada pesan sederhana dari para non-perokok. Boleh saja orang merokok, tapi jangan seret non-perokok terkena dampaknya. Begitulah kira-kira.

Meminjam istilah Sujiwo Tejo-tapi dengan maksud lain, bahwa kita (atau bukan kita) terlatih menjadi manusia jangka pendek. Yang penting sekarang happy, masa depan urusan nanti. Karena Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Serupa dengan orang yang berdoa dulu sebelum 'jajan' agar tidak terkena penyakit kelamin. Yang penting sekarang enak, buntutnya dipikir besok kalau tiba. Orang macam ini layak dikebiri.

"Lha wong urip iki mung mampir ngombe. Hidup ini singkat saja. Yang penting senang sekarang. Daripada belum sempat senang mati duluan. Ndak usah terlalu mikir panjang. Belum tentu umur juga panjang. Ya, toh!" Tutupnya sambil menghisap batang ke 5.

Kesimpulannya apa? Karena ini bukan karya ilmiah, saya rasa tidak perlu disimpulkan. Sekian. Jangan mempermainkan Tuhan.